makalah
EDITING DAN PUBLIKASI
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Dasar-dasar Jurnalistik
Dosen pengampu : Bapak Nanang
Qosim
Oleh :
Noor Lutfiyah
Afifah (1608056102)
Anis
Ma’rifatul Hasanah (1608056102)
Atun Sri Muryati (1608056102)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN
WALISONGO SEMARANG
2019
BAB I
A. PENDAHULUAN
Pertama kali menulis surat, berapa kali anda
menulis ulang surat itu dan berapa lembar kerta yang anda habiskan? Banyak
bukan? Itu terjadi karena anda menyunting surat itu agar kata-kata anda
bagi orang yang anda tuju. Penyuntingan memang sifat yang sangat alamiah dalam
aktifitas menulis. Proses tersebut baru berakhir setelah bahasa, isi, dan alur
cerita memuaskan anda. Penyuntingan terus berlangsung selama karya tulis itu masih
mungkin disunting. Sesungguhnya, seorang penyunting bertanggung jawab untuk
melakukan penyuntingan setiap saat karena penulis merupakan juga seorang penyunting. Salah satu contoh tanggung jawab seorang penulis yang paling sederhana
adalah meminimalkan kesalahan ketik karena kesalahan ketik dalam jumlah banyak seolah-olah
menunjukkan kekurangannya yang sangat serius sang penulis dalam pekerjaannya.
Dalam penulisan sebuah karya tulis, penulis juga berkewajiban menyelaraskan
isi, bahasa, dan alur pemikiran materi sebelum naskah dikirim ke penerbit atau
sebelum di publikasikan baik melalui pengiklanan, media online, seminar, dan
lain sebagainya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Editing Karya Jurnalistik ?
2. Apa yang dimaksud dengan Publikasi Karya Jurnalistik ?
3. Bagaimana Media Online untuk Publikasi ?
4. Bagaimana Berkarya Secara Profesional ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Editing Karya
Jurnalistik
1. Pengertian
Editing
merupakan tahapan yang berkaitan dengan penulisan secara final. Bila
tahap-tahap sebelumnya difokuskan kepada isi, editing lebih difokuskan pada
masalah mekanik, seperti ejaan, penggalan kata, kata hubung, struktur kalimat,
dan sebagainya. Maksud dilakukan editing ini agar tulisan itu memiliki tingkat
keterbacaan yang baik. Pembaca akan mudah memahami tulisan kita. Jarak antara
pembaca dengan ide menjadi lebih dekat dan tulisan itu juga lebih komunikatif. (sukino, Menulis itu Mudah,
yogyakarta)
Menyunting naskah (editing) adalah sebuah proses memperbaiki atau
menyempurnakan tulisan secara redaksional dan substansial. Pelakunya disebut
editor (penyunting) atau redaktur.
Secara redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat supaya lebih logis,
mudah dipahami, dan tidak rancu. Setiap kata dan kalimat, selain harus benar
ejaan atau cara penulisannya, juga harus benar-benar punya arti dan enak
dibaca. Tujuan akhir proses editing jenis ini adalah tidak hanya memiliki ejaan
yang benar tetapi juga enak dibaca.
Secara substansial, editor harus memperhatikan fakta atau data agar terjaga
keakuratan dan kebenarannya. Editor pun harus memperhatikan apakah isi tulisan
itu dapat mudah dimengerti pembaca atau malah membingungkan. Sistematika juga
harus diperhatikan oleh seorang editor. Tujuan proses pengeditan tipe ini adalah tidak hanya untuk membuat tulisan
mudah dimengerti, tetapi juga sistematika tulisan secara keseluruhan tetap
terjaga.
Dari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut,
yang menjadi fokus editor adalah: (1) menyadari perbedaan latar belakang para
pembaca, baik dari segi umur, taraf hidup, dan gaya hidup sehingga naskah yang
dihasilkan sesuai dengan latar belakang pembaca; (2) tegas; (3) memperbaiki
tulisan tanpa merusak cara penulis dalam memaparkan pendapatnya; dan (4)
hati-hati dengan iklan terselubung yang termuat dalam tulisan.
Editor penerbitan memiliki peran diantaranya, pertama adalah sebagai
petugas resmi penerbitan yang melakukan review naskah yang ditawarkan
penulis. Kedua, editor penerbitan berperan sebagai penanggung jawab
proyek penerbitan buku yang dieditnya. Ketiga, editor penerbitan
berperan melakukan penyuntingan dan koreksi kebahasaan, menjaga konsistensi
sistematika dan istilah, menjaga konsistensi gaya penulisansesuai dengan jenis
buku dan mengelola komunikasi antara penulis dan penerbit.
Wajah atau gaya pemberitaan sebuah penerbitan pers umumnya bergantung pada keahlian dan
kreativitas para redakturnya dalam teknik menyunting.
Kegiatan menyunting pada
dasarnya menyangkut hal-hal berikut:
1. Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual.
2. Menjaga jangan sampai terjadi kontradiksi dan mengedit berita tersebut
untuk memperbaikinya.
3. Memperbaiki kesalahan dalam penggunaan tanda-tanda baca, tatabahasa, ejaan,
angka, nama, dan alamat.
4. Menyesuaikan naskah dengan gaya suratkabar bersangkutan.
5. Mengetatkan tulisan, membuat satu kata melakukan pekerjaan tiga atau empat
kata, menjadikan satu kalimat menyatakan fakta-fakta yang terdapat dalam satu
paragraf. Menyingkat tulisan sesuai dengan ruang yang tersedia.
6. Menjaga jangan sampai terjadi penghinaan, arti ganda, dan tulisan yang
memuakkan (bad taste).
7. Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, seperti anak judul
(subjudul), di mana diperlukan.
8. Menulis judul untuk berita bersangkutan agar menarik.
9. Di beberapa suratkabar, editing juga termasuk menulis caption
(keterangan gambar) untuk foto dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan
cerita yang disunting itu.
10. Setelah edisi itu naik cetak, menelaah koran tersebut secermat mungkin
sebagai perlindungan lebih lanjut terdapat kesalahan dan melakukan perbaikan
jika deadline masih memungkinkan.
Dengan demikian, menyunting tidak semata-mata memotong (cutting)
naskah agar cukup pas masuk dalam kolom atau ruangan (space) yang tersedia,
tetapi juga membuat tulisan itu enak dibaca, menarik, dan tidak mengandung
kesalahan faktual.
Dalam melaksanakan kewajibannya, seorang editor harus pula memperhatikan
hal-hal berikut:
1. Sadar mengenai sifat-sifat umum tentang umur, taraf hidup, dan gaya hidup
para pembaca utama korannya, dan menyunting naskah sesuai dengan sifat umum
tersebut.
2. Sebagai hatinurani suratkabar, penyunting harus tegas dalam hal-hal seperti
penggunaan huruf besar dan singkatan, penggunaan gelar, tanda baca, ejaan, tata
bahasa, pemilihan jenis huruf untuk judul dan sebagainya.
3. Memperbaiki tulisan dengan segala upaya tanpa merusak cara penulisannya
menyatakan pendapatnya. Karenanya, editor harus membaca lebih dulu seluruh
naskah untuk mendapatkan pengertian penuh tentang apa yang akan dikatakan oleh
si penulis. Di sini berlaku hukum: editor hanya berhak mengubah redaksi, bukan
substansi.
4. Menjaga masuknya iklan terselubung dalam tulisan. Untuk membantu
pekerjaannya, seorang editor biasanya melengkapi dirinya dengan pemilikan kamus
bahasa, kamus singkatan (akronim), tesaurus, peta, buku biografi tentang
tokoh-tokoh ternama, ensiklopedi, buku telefon, buku atau koleksi ucapan atau
pepatah terkenal, dan sebagainya.
Editor tak jarang merangkap sebagai editor bahasa, sehingga mutlak menguasai
bahasa jurnalistik atau kaidah penggunaan bahasa yang baku (sesuai Ejaan Yang
Disempurnakan). Di sini persyaratan yang menjadi sifat Redaktur dalam buku Newsman’s
English, antara lain:
a.
Berwawasan luas
b.
Berkepala dingin,
sanggup bekerja dalam suasana tergesa-gesa dan rumit, tanpa menderita perasaan
tertekan.
c.
Cermat, hati-hati,
tekun, dan tegas.
d.
Melihat sesuatu dari
sudut pandang pembaca. Artinya, editor harus berorientasi pada kepentingan
pembaca. Jangan sampai naskah hanya bisa dipahami oleh dirinya, tetapi
membingungkan pembaca. Ia juga harus menjadikan sebuah naskah penting dan
menarik bagi pembaca, bukan hanya bagi dirinya atau suratkabarnya.
Sebelum naskah dikirim ke penerbit, penulis sebaiknya melakukan
editing naskah yang berkaitan dengan:
1) Editing Isi/ Materi/ Gagasan
Isi/materi/gagasan yang terdapat dalam bentuk teks buku diibaratkan sebagai
gizi sebuah buku. Ketebalan atau tipisnya halaman buku terletak pada banyak
atau sedikitnya materi buku yang dituliskannya. Buku yang akan diterbitkan
memerlukan ketebalan yang memadai agar buku itu secara estetika indah dipandang
atau disimpan. Ketebalan buku berkaitan dengan jumlah halaman yang
menggambarkan isi/materi/gagasan. Buku yang jumlah halamannya kurang tidak
memberikan daya tarik terutama untuk penyimpanan dan pendokumentasian.
Penyuntingan terhadap isi buku dapat dilakukan dengan cara pengurangan,
penggantian, dan penambahan isinya yang relefan dengan topik dan tema
kajiannya. Pengurangan terhadap isi/materi/gagasan bila memang dianggap tidak
relefan dengan topik kajiannya. Kemudian menggantinya dengan suatu topik yang
sedang dibahas. Kalau memungkinkan ada sumber lain yang lebih aktual dan
akurat, seorang penulis dapat saja menambahkan isi/materi/gagasan itu untuk
melengkapinya. Misalnya grafik, tabel, gambar, atau data lain yang dianggap
perlu.
Proses editing atau penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan dengan
akurasi data, informasi yang faktual, juga untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan bagi penulis dan pembacanya. Dengan demikian dapat menambah
ketebalan halaman buku secara langsung hingga mencapai ukuran ideal sebuah buku
mata ajar kuliah untuk diterbitkan. Namun begitu, seorang penulis jangan
terjebak oleh suatu keinginan hanya utntuk mempertebal jumlah halaman tanpa
memperhatikan isi/materi/gagasan yang dituliskannya.
2) Editing Paragraf
Editing atau penyuntingan terhadap isi/materi/gagasan akan berpengaruh pada
kepadatan paragraf, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antar
paragraf, ada yang tebal dan tipis. Paragraf yang tidak berimbang tebal atau
tipisnya dapat memengaruhi nilai estetika buku. Dengan demikian penyuntingan
berikutnya harus diarahkan terhadap bentuk ideal paragraf. Paragraf yang tipis
harus diseimbangkan dengan paragraf yang mencapai ketebalan standar hingga
semua ketebalan paragraf dianggap relatif seimbang. Ketebalan ideal sebuah
paragraf sebanyak 7-10 baris. Jadi dalam satu halaman draf buku dengan ukuran
kertas A4 terdiri dari 3-4 buah paragraf.
Kalau isi/materi/gagasan diibaratkan sebagai gizi sebuah buku maka paragraf
merupakan dagingnya. Karena itu penulisan antar paragraf dalam sebuah buku
sangat diperlukan keseimbangannya. Penyeimbangan ini dibutuhkan untuk memenuhi
standar estetika buku ketika dilakukan penilaian dalam sebuah kompetisi
buku. Paragraf yang terlalu tebal dapat memengaruhi daya baca seseorang
dalam memehami teks. Seorang penulis mesti memerhatikan ini, karena teks yang
dibaca tanpa ada upaya memahaminya dari pembaca menjadikan buku yang
diterbitkan itu mubazir. Sebaiknya, ketipisan paragraf juga dikhawatirkan tidak
mewakiti gagasan yang disampaikan penulis. Malah bisa jadi gagasannya itu tidak
selesai diungkapkan dengan kata-kata dan kalimat yang terbatas.
3) Editing Ragangan
Ragangan atau outline dalam sebuah buku diibaratkan sebagai
tulang-tulangnya yang berfungsi mengikat daging yang mengandung gizi. Oleh
sebab itu, ragangan harus disusun secara sistematis berdasarkan topik dan
subtopiknya. Sistematika ragangan berkaitan dengan urut-urutan dan letak
subtopik pembahasan yang akan ditulis. Ragangan dalam penulisan buku yang telah
ditetapkan sejak awal bukan merupakan harga mati. Dalam arti, ragangan yang
tidak sesuai denagn isi/materi/gagasan dalam buku masih bisa dibongkat pasang
untuk menyesuaikannya. Sama halnya dengan judul tulisan atau buku yang sudah
disetting sejak awal boleh saja digonta-ganti sesuai dengan tema yang
disajikannya.
Ragangan dapat saja diubah saat penulian sedang berjalan atau nanti di
akhir penulisan. Mengedit ragangan bisa dengan cara mengurangi, mengganti, atau
menambahkan sesuai dengan subtopik kajian. Pada dasarnya ragangan yang telah
ditulis sejak awal penulisan harus disesuaikan dengan apa yang dibahas dalam
isi/materi/gagasan dalam buku. Pertimbangannya akan lebih mudah mengganti
ragangan dari pada harus menulis ulang kajiannya. Editing ragangan yang terbaik
adalah saat finalisasi penulisan, sekaligus dalam menentukan halaman pada
daftar isi buku.
4) Editing Kebahasaan
Kebahasaan dalam sebuah buku disamakan dengan kulit sebagai pembungkus
daging dan tulang serta untuk melindungi keberadaan gizinya. Karena itu, bahasa
buku harus memenuhi standardinasi bahasa yang berlaku. Bahasa Indonesia yang
menjadi dasar rujukan harus menggunakan EYD. Penulisan buku mata ajar kuliah
atau karya ilmiah populer bahasanya tidak bisa seenaknya penulis, tetapi harus
menggunakan bahasa formal atau semi formal. Editing atau penyuntingan terhadap
bahasa mutlak diperlukan kalau buku itu diterbitkan. Penyuntingan berkaitan dengan
penghurufan, penomoran, pelambangan, ejaan, dan tanda baca. Hal ini dapat dapat
dipelajari dari lampiran buku ini tentang penggunaan EYD.
Editing kebahasaan mempunyai banyak fungsi, antara lain untuk standardinasi
sebuah buku. Hal ini sngat diperlukan dalam memberikan bobot atas buku teks.
Selain itu jaga, bahasa dapat menjadi pemanis dalam menambah daya tarik
pembaca. Namun demikian, untuk penulisan buku mata ajar kuliah atau karya
ilmiah tidak perlu manggunakan bahasa seindah puisi atau sajak. Kebahasan yang
dimaksudkan di sini adalah berdasarkan kaidah tata bahasa yang berlaku. Fungsi
lain dari ketatabahsaan juga untuk mempercepat pemahaman pembaca terhadap
sebuah teks yang tersusun dari kata, kalimat, dan paragraf.
Sebelum penyuntingan dimulai, Anda harus terlebih dahulu menyadari bahwa
penyuntingan diperlukan untuk membuat kata, ungkapan, kalimat, paragraf dan
subbab berkoherensi, halus, menarik, dan jelas. Untuk itu, Anda membiarkan draf untuk sementara
waktu agar pikiran dan pendangan anda lebih segar dan tenang sehingga anda bisa
menelaah dan mengedit draf secara menyeluruh dengan baik. Adapun
langkah-langkah menyutingan adalah sebagai berikut.
a)
Bacalah setiap kalimat dengan renungan
berulang-ulang. Untuk membuat kalimat lebih baik, tidak jarang anda membaca
satu kalimat berkali-kali,sampa anda mendapatkan esensinya, kemudian anda
tuangkan dalam bentuk murni.
b)
Baca lagi naskah anda
beberapa kali dengan fokus yang berbeda-beda, misalnya pada sekali waktu, anda
fokus pada ejaan. Lalu di waktu berikutnya, anda fokus di tata bahasa, atau konsistensi
istilah, atau gambar serta keterangannya, dan lain sebagainya.
c)
Kenali pola kesalahan yang biasanya anda dapat
setelah karya tulis di proofread atau diediting. Untuk itu, anda perlu
mewaspadai pola-pola kesalahan yang sering anda lakukan dan berusaha
memperbaikinya.
d) Gunakan spelling check pada komputer bila tulisan anda dibut dalam
bahasa inggris atau bahasa internasional lainnya. Namun demikian komputer juga
mungkin bisa membuat kesalahan, misalnya ejaanya bisa jadi benar, tetapi
artinya berbeda, seperti: paper - pepper, line - lain, you’re - your, their
- there, its - it’s, dan sebagainya.
e)
Perhatikan ide utama dan ide pendukung dalam
setiap paragraf. Anda harus memastikan setiap paragraf mengandung satu ide
utama yang tercantum dalam kalimat topik paragraf itu. Kalimat-kalimat lainya
sebagai pendukung kalimat topik. Apabila ada kalimat yang tidak mendukung kalimat
topik anda harus membuang atau memasukannya kalimat “nyasar” tersebut ke dalam
paragraf lain yang didukungnya.
f)
Revisi kalimat-kalimat yang terlalu panjang atau
sebaliknya terpotong-potang, kalimat yang tidak menggunakan kata sambung,
kalimat-kalimat ambigu, dan sebagainya.
g)
Bebaskan kemuangkinan adanya pelanggaran seperti
pelecehan, fitnah, penghujatan dan lain-lain. Bila anda ragu-ragu dengan apa
anda tulis, konsultasikan dengan pihak-pihak yang berkompeten.
h)
Bantu tegaskan bahwa setiap informasi yang anda
tulis benar dan dapat dipercaya.
i)
Konsultasikan jargon, pengertian, atau bagian
yang meragukan dengan pihak yang berkompeten. Tuliskan daftar istilah bila
perlu.
j)
Gunakan kamus, tesaurus (kamus sinonim), buku
tata bahasa, artikel penggunaan tanda baca, internet (kamus idiom daring), dan
berbagai sarana yang membantu anda dalam penyutingan.
k)
Cari pembaca sukarela (terutama mereka yang
menekuni bidang yang sesuai dengan topik yang anda buat) untuk diminta masukan.
2. Konsep Dasar Editing Nas (Copyediting)
Ilmu dan keterampilan editing berkembang semakin luas setela
terjadinya perkembangan teknologi dibidag cetak dan tulis-menulis. Kini
publikasi dapat terjadi dalam hitungan detik seperti halnya terlihat pada media
daring (online) yang memperbarui berita hampir setiap menit.
Selain penulis yang andal, diperlukan juga editor nas yang andal
untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan dalam pbikasi yang berpotensi
menyesatkan pembaca. Namun, sayangnya ilmu editing dan ilmu penerbitan secara
formal berkembang terbatas di Indonsia.
Ketiadaan lembaga pendidikan formal voasional dibidang editin
naskah berimbas pada langkanya para editor yang mengenyam pendidikan formal.
Pendidikan non formal yang tersedia juga sangat terbatas dalam bentuk kursus
atau pelatihan singkat. Diantaranya yang diadakan di Akademi Literasi Sastra Indonesia (Alinea)
Ikapi serta Institut Penulis Indonesia.
Berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu beberapa konsep dasar
editing nas agar dapat mengenali tugas-tugas editing nas yang diperlukan:
1.
Tujuh Aspek Editing Nas
Beberapa literatur tenang penerbitan dan diting di Indonesia
tampaknya banyak mengutip tgas seseorang editor nas berdasarkan buku kara Datus
C. Smith, Jr. Berjudul asli A Guide to Book Publishing. Buku ini
diterjemahkan oleh Subekti Dhirdjosaputro dan diterbitkan dan edisi revisinya
oleh Pusat Grafika Indonesia (Pusgrafin) pada tahun 1992-Pusgrafin kini telah
berubah menjadi Politeknik Media Kreatif
Smith (1992: 76) menyebutkan dalam bab “ Penyuntingan Naskah” bahwa
terdapat tujuh krlompok tugas editor nas, yaitu dapat dibaca (legibility),
ketetapan, tata bahasa, kejelasan gaya bahasa, ketelitian fakta, legalitas dan
kesopanan, serta rincian roduksi.
Mengikuti paparan Smith, berikut ini dijelaskan tujuh aspek yang
harus di edit dari sebuah naskah olh editor nas.
a.
Kejelahan dan Keterbacaan
Kejelahan (legability) dan keterbacaan (readability)
sangat terkait dengan proses pengatakan halan isi (layout) dan desain
kover.
Jelah bukanlah kata
yang sala tulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata jelah
memiliki makna sama dengan terang
dan jernih. Faktor kejelahan ini dapat dilihat dari jarak antar
huruf, spasi antar kata, panjang baris susunan huruf, dan jenis huruf/fonta
yang dipilih.
Selain kejelahan, keterbacaan juga perlu diperhatikan. Keterbacaan
menyangkut desain total sebuah publikasi dari ukuran, penggunaan warna, batas
margin, hingga susunan huruf yang membuat pembaca nyaman dan mudah dalam
membaca.
b.
Ketaatasasan/Konsistensi
Smith (1992: 77) sangat menekankan editor nas menjaga konsistensi
dalam menggunakan kata/istilah dan tanda baca. Meskipun sebuah kata memiliki
beberapa sinonim, tidaklah lantas kata-kata tersebut dapat digunakan secara
bergantian sebagai sebuah variasi. Editor nas harus memperhatikan aspek
ketaatasasan/konsistensi, terutama pada penulis/pengarang yang kerap
menghambur-hamburkan kata atau menggunakan kata bersinonim yang sebenarnya
berbeda rasa.
c.
Kebahasaan
Kebahasaan meupakan tugas yang paling dipahami sebagai tugas utama
para editor nas yaitu menerapkan kaidah bahasa Indonesia ang baik dan benar
didalam publikasi. Patokan bahsa yang dapatdijadikan sandaran para editor nas
adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Tata Bahasa
Bak Bahasa Indonesia.
d.
Kejelasan Gaya Bahasa (Ketedasan)
Kejelasan gaya bahsa merupakan hal paling sulit untuk dikenalai,
termasuk di edit. Kejelasan gaya bahsa terkait dengan penyajian naskah yang
ditampilkan penulis/pengarang. Para editor nas harus memahami maksud
penulis/pngarang secara jelas dan nyata.
e.
Ketelitian dan Fakta
Tambahan tugas nas editor adalah menyelisik bagian naskah yang
berupa data dan fakta. Data dapat terkait angka, rumus ataupun sebuah
statistika. Fakta dapat terkait peristtiwa, tanggal, nama orang, nama tempat,
judul buku, judul lagu, dll. Semua data dan fakta harus benar karena akan
disajikan kepada pembaca.
Jadi, jika menemuan sesuatu yang janggal, editor nas harus
mengonfirmasikannya kepada penulis/pengarang. Apabila kesalahan data dan fakta
langsung terdeteksi, editor nas dapat langsung mengubah sesuai dengan yang
sebenarnya.
f.
Kelegalan dan Kesopanan
Kasus plagiat adalah kasus terkait pelanggaran legalitas. Adapun
penyebaran berita bohong (hoax), pornografi, fitnah, pencemaran nama
baik, konten tidak senonoh, dan penghinaan SARA adalah kasus terkait kesopanan.
Demi keamanan penerbit, termasuk penulis, editor nas wajib mengonfirmasi
hal-hal yang berpotensi sebagai tindakan plagiat dan konten-konten yang
berpotensi meresahkan masyarkat pembaca kepada penerbit.
g.
Ketepatan Rincian Produksi
Meskipun
editor nas tidak terlibat langsung dalam proses produksi (pencetakan), ia tetap
memiliki peran penting dalam penyiapan produksi,terutama dalam tahap pracetak.
Editor nas menjadi penjamin bahwa naskah yang hendak diproses sudah lengkap,
termasuk seluruh elemen antonimnya.
3. Kode Etik Editor Nas
Prinsip kerja secara filosofis dalam dunia editor nas adalah 3M,
yaitu menerima, memperbbaiki, dan memberi. Dalam hal ini editor nas harus
menempatkan penulis sebagai mittranya
yang harus dibantu agar naskah dari penulis layak untuk dipublikasikan.
Seperti halnya profesi lain, edior nas pun dalam kerjanya
“dipagari” oleh kode etik editor nas. Meskipun tidak ada dokumen resmi
penetapan kode etik tersebut, para editor nas dapat mengacu pada kesepakatan
kerja (kontrak), terutama antaa penulis dan penerbit dalam beberapa hal
berikut.
a.
Editor
nas harus menghormati ciptaan dan pencipta karya tulis yang sedang dieditnya
sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014.
b.
Editor
nas tidak boleh mengambil keuntungan dari karya cipta yang sedang dieditnya
dengan menciptakan karya sejenis (penjiplakan ide dan materi).
c.
Editor
nas harus merahasiakan isi naskah ang sedang diditnya dari kepentingan yang
tidak ada hubunganya dengan poses pengolahan naskah.
d.
Editor
nas tidak diperkenankan menghilangkan atau merusakkan bagian- naskah sehingga merugikan penulis.
e.
Editor
nas tidak diperkenankan mengubah isi naskah tanpa pemberitahuan atapun adanya
kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian penerbitan apalagi pengubahan yang
berpotensi mangaburkan maksud penulis pengarang.
f.
Editor
nas tidak boleh memulakan kesalahan justru dari teks yang suddah benar sehingga
berakibat fatal.
g.
Editor
nas tidak boleh memperlambat pengeditan melewati tenggat (deadline) yang
sudah ditetapkan secara sengaja atau tanpa alasan yang dapat diterima.
4. Editing Mekanis (Mechanical Editing)
Editing
mekanis (mechanical editing) adalah tugas inti dari seorang editor nas.
Editing mekanis dianggap sebagai keterampilan dasar bagi seorang editor nas yang sehari-hari berkutat dengan naskah.
Jantung
dari pekerjaan editing mekanis adalah memastikan naskah sesuai dengan gaya
editorial yang ditetapkan atau sering disebut gaya selingkung (house style).
Gaya editorial meliputi :
a.
Ejaan
b.
Pemenggalan
kata
c.
Kapitalisasi
d.
Tanda
baca
e.
Perlakuan
terhadap angka dan jumlah
f.
Perlakuan
terhadap kutipan
g.
Penggunaan
singkatan dan akronim
h.
Penggunaan
jenis huruf tebal dan italik
i.
Perlakuan
terhadap elemen khusus
j.
Format
catatan kaki, catatan akhir, dan dokumentasi lain.
Terkait dengan editan mekanis, Einsohn (2000: 5) menyatakan hal
berikut.
Dalam editing mekanis ini utamnaya yang diperlukan adalah ketajaman
mata, pemahaman yang utuh terhadap
konvensi (naskah) secara luas, dan keputusan yang baik. Kesalahan yang
umumnya sering dilakukan editor nas pemula adalah menulis ulang bagian naskah
(baik atau buruknya sangat bergantung pada keterampilan menulis sang eitor nas)
dan malah mengabaikan detai kecil, seperti kapitalisasi, tanda baca, dan
pemenggalan kata.
Berdasarkan pendapat Einsohn, apa yang dilakukan editor nas pemula
itu adalah sebuah kekeliruan. Bagaimanapun seorang editor nas harus bertanggung
jawab pada semua inkositensi mekanis di dalam naskah.
Editing mekanis lazimnya dilakukan pada naskah mentah (manuskrip/typescript)
dengan membubuhkan tanda-tanda ediing nas. Kini editing mekanis juga dapat
dilakukan langsung pada fail komputer (softcopy), baik pada format Word,
PDF, ataupun langsung pada format In-Design. Editing mekanis dengan komputer
lazim disebut on-screen editing.
5. Tingkatan Editing Nas
Einsohn
(2000: 13) mengungkapkan bahwa ketika waktu dan biaya selalu menjadi isu,
banyak perusahaan penerbitan menerapkan tiga tingkatan editing, yaitu editing
ringan, editing sedang, editing berat demi memberi kode kepada editor nas
tentang fokus dan prioritas yang harus mereka kerjakan. Karena itu, kemudian
dikenal tingkatan dalam editing nas.
Menurut
Einsohn (2000: 13) terdapat beberapa hal yang menjadi dasar penetapan tingkatan
editing nas yang dilakukan oleh penerbit, yaitu:
a.
Kualitas
tulisan
b.
Pembaca
sasaran
c.
Jadwal
dan biaya untuk editing serta publikasi
d.
Reputasi
penulis, sikapnya terhadap editing, dan jadwal kerja
e.
Jumlah
tiras cetak, dan
f.
Kepentingan
penerbitan bagi penerbit.
6. Waktu Editing Nas
Apakah
waktu editing pada sebuah naskah dapat diestimasi? Sebagai pekerjaan yang juga
berbasis kecepatan, semestinya pekerjaan editing juga dapat diestimasi sesuai
dengan konsisi naskah. Tabel 1.5 memuat kecepatan editing pada naskah tercetak
(hardcopy) yang merupakan hasil riset Einsohn (2000: 22).
Tabel
1.5 Kecepatan Editing untuk Tiga
Jenis Editing
Kecepatan Editing Naskah Tercetak (Halaman per jam)
|
||
Tingkatan editing nas
|
Teks Standar
|
Teks Sulit
|
Editing Ringan
|
6-9
|
4-6
|
Editing Sedang
|
4-7
|
2-4
|
Editing Sulit
|
2-3
|
1-2
|
B.
Publikasi Karya Jurnalistik
Publikasi berasal dari kata publish, publisis, atau publisistik, yang
berarti memberitahukan kepada umum, mengumumkan, segala usaha yang berhubungan
dengan kegiatan dalam bidang pengumuman. Pengumuman tersebut dilakukan
melalui alat-alat komunikasi massa, yaitu alat-alat yang dapat menghubungkan atau mengadakan komunikasi
dengan massa. Publikasi adalah bidang komunikasi berita atau ide dalam satu
situasi di mana khalayak ramai akan menerima semua ide ini sebagaimana yang
anda harapan. Kesimpulannya adalah pengertian publikasi tidak dapat di pisahkan dengan
alat-alat komunikasi massa.
Publikasi dapat di lakukan dengan mempergunakan berbagai media massa seperti
website, pers, film, radio, televisi, majalah, pamflet, buku dan lain
sebagainya. Internet merupakan media promosi pemasaran yang cukup efektif, dengan memiliki website anda dapat mempublikaskan
produk atau layanan anda tanpa batas tempat dan waktu.
Walaupun demikian, tidak berarti dengan kepemilikan website promosi
lalu media cetak dihentikan, karena tentu tidak semua masyarakat memiliki
akses internet. Dan juga website yang telah dimiliki perusahaan harus
dipromosikan agar diketahui masyarakat atau pasar yang dituju.
C.
Media Online untuk Publikasi
Seperti Autobahn Jerman, seperti jalan tol bebas hambatan di mana akses dan
kecepatan tinggi, seperti tidak ada batasnya. Mahasiswa dan bahkan siswa
sekolah menengah mendapatkan informasi melalui komputer personal yang terpasang
di sekolah dan di rumah mereka. Dengan mengandalkan sumber ini, jurnalis dapat
melakukan riset dan wawancara untuk menyusun berita dan menawarkan informasi
dan kontak tambahan dengan publikasi di luar jadwa penerbitan normal.
Siswa/mahasiswa yang menggunakan potensi Internet akan mendapatkan sumber
informasi yang hampir tak terbatas. Siswa bukan hanya bisa meriset dan
mengumpulkan informasi, namun juga dapat membaca informasi tentang topik yang
sama yang telah muncul di media cetak. Mereka bahkan bisa melakukan wawancara
dan berkomunikasi dengan orang, organisasi dan agen pemerintah yang mungkin
tidak terjangkau dengan menggunakan metode tradisional, seperti telepon. Dengan
menggunakan mesin pencari Internet siswa dapat melalukan riset online
lebih efisien untuk mengumpulkan informasi tentang topik-topik mulai dari
hiburan hingga berita serius yang mendalam. Dalam pers profesional, pemberitaan
berbantuan komputer telah memampukan berita untuk ditulis dengan lebih akurat
dan menyeluruh. Kini orang bisa mendapat informasi yang begitu banyak melalui
situs-situs online.
Mempelajari pencarian sumber online secara efisien mungkin akan
lebih terbantu jika dilakukan dengan berkonsultasi dengan pustakawan atau ahli
media, yang dapat membantu jurnalis siswa untuk menavigasi situs dan informasi
yang kompleks.
Publikasi web seharusnya bukan sekedar mengulangi apa-apa yang telah
diterbitkan di media cetak, tetapi juga harus berisi berita-berita terkini yang
mungkin membutuhkan sumber daya tambahan untuk mengelola situs ini, baik itu
sumber daya manusia maupun peralatan. Publikasi mungkin perlu merekrut anggota
tambahan untuk mengelola publikasi online. Mereka yang punya pengetahuan
dan keahlian sofeware online akan bisa banyak membantu. Atau jurnalis
siswa dapat bekerja sama dengan siswa yang ahli dalam bidang ini untuk memberi
informasi yangt baru dan segar. Publikasi harus memiliki rencana pasti untuk
penyediaan isi online sebelum memulai publikasi online. Menciptakan
situs online yang tak pernah diperbarui atau diubah, khususnya setelah
ada iklan, jelas akan gagal.
Aturan yang mengatur apa-apa yang dipublikasikan di Internet terus
berkembang mengiringi perkembangan teknologi yang dipakai dalam bentuk
komunikasi ini. Publikasi di Internet, dalam beberapa hal tidak berbeda dengan
publikasi lewat media lain, seperti media cetak. Pada umumnya, undang-undang
yang berlaku untuk jurnalis siswa/mahasiswa yang memublikasikan koran dan
majalah cetak, atau yearbook, juga berlaku untuk versi publikasi online
dari publikasi cetak yang sama. Sebagaimana media cetak, di mana dan kapan
sebuah “publikasi” online diproduksi juga menjadi faktor penting dalam
kaitannya dengan aplikasi undang-undang. Bahkan pemberitaan dan proses
pengumpulan informasi dengan menggunakan Internet mungkin juga diatur oleh
undang-undang tersendiri.
D.
Berkarya Secara Profesional
Berkarya secara profesonal dan mampu menghasilakan karya tulis yang baik, penulis harus
memiliki keterampilan, baik dengan cara belajar sendiri, otodidak, maupun dari orang lain
melalaui pelatihan-pelatihan. Keterampilan tersebut antara lain ialah sebagai berikut:
1. Bahasa
Keterampilam bahasa ini merupakan keterampilan
yang paling utama karena fungsi bahasa yang paling utama adalah untuk
berkomunikasi. Karya tulis adalah media komunikasi bagi penulis dan pembaca.
Penulis menyampaikan informasi melalui karyanya. Penulis mengharapkan bisa di
mengerti pembaca dengan baik.
2. Riset
Banyak orang berpikir bila seseorang menulis buku, orang itu tahu sesuatu
dan seharusnya memang demikian. Bila kita terima pendapat ini, kita akan
menulis buku dari hasil pengamatan atau penelitian dan pengalaman kita.
Buku kita akan membuat keahlian kita valid dan kredibel karena kita bisa
menjelaskan lebih dari apa yang kita tulis. Dengan alasan tersebut, penulis
sangat lazim dikatakan menguasai ilmu pengetahuan yang ditulisnya.
Riset merupakan bagian dari kegiatan mengajar bagi pengajar yang kreatif
dan inovatif. Riset ini bukan hanya untuk mengumpulkan informasi untuk
keperluan penulisan, tetapi lebih luas lagi riset ini diperlukan untuk
mengetahui kelemahan dan kekuatan buku, prospek, minat baca masyarakat, daya
beli pasar, daya saing dan sebagainya. Dengan riset penulis bisa mendapatkan
informasi yang tepat untuk memprediksi kebutuhan masyarakat mendatang sehingga
penulis tidak akan kehabisan ide dan terus menulis buku-buku yang diminati
pembaca.
3. Imajinasi yang kreatif
Daya imajinasi sangat diperlukan bagi penulis terutama untuk mengembangkan
tulisan, isi, bahasa, ilustrasi, susunan, dan sebagainya. Pembaca dengan
berbagai tingkat kecerdasan, kelemahan, pola berfikir, dan tingkat kejenuhan
menuntut penulis untuk terus berimajinasi agar bukunya bisa ditampilkan dengan
mengutamakan keperluan pembaca.
4. Menulis dan mendesain
Menulis dengan menggunakan alat bantu asli tertentu memerlukan keterampilan
tersendiri. Penulis yang mahir menggunakan komputer dengan berbagai program
yang ada akan sangat menguntungkan. Sekalipun demikian, tidak mahir menggunakan
komputer bukan merupakan kendala bagi penulis yang serius. Dia akan terus
menulis sambil belajar menggunakan komputer. Sebagia contoh, Wilson Nadeak
adalah seorang penulis senior dan masih produktif serta terbiasa menggunakan
mesin tik listrik. Beliau mengatakan inspirasinya muncul karena bunyi yang
keluar dari mesin tik tersebut. Penulis tidak harus membuat tata letak dan
sebagainya karena yang lebih penting adalah ide-idenya bisa diterima oleh
penerbit.
5. Bekerja dengan waktu yang terbatas
Seorang penulis bisa bekerja semau dia, cepat atau lambat tergantung
komitmen pribadinya. Penulis yang berhasil dan produktif biasanya terpacu
dengan waktu, mereka mempunyai target untuk menyelesaikan bagian demi bagian,
sampai pada keseluruhan bagian buku sehingga bisa mengatakan bukunya akan
selesai pada waktu tertentu. Bekerja dengan pihak terkait pasti diberi batas
waktu dan ini merupakan tantangan bagin penulis.
6. Disiplin
Seorang penulis perlu disiplin dalam berbagai hal, seperti: waktu, membaca,
janji kepada pihak tertentu, dan sebagainya. Waktu yang digunakan penulis
bervariasi, misalnya: saat subuh, pagi, siang, sore, atau malam hari sambil
mendengarkan musik, makan makanan kecil, merokok, dan lainnya sesuai dengan
kebiasaan masing-masing. Hal yang penting adalah penulis tetap disiplin dan
konsisten pada targetnya.
7. Bekerja mandiri
Penulis harus mandiri dalam melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
menulis. Penulis tidak perlu disuruh-suruh untuk, memulai, melanjutkan, dan
menyelesaikan tulisannya. Secar otomatis semua dilakukan secara mandiri,
meskipun penulis memerlukan banyak bantuan pihak lain supaya buku itu layak
dibaca dan ditulis. Inisiatif untuk mendapatkan referensi, menguji materi,
mengirim ke penerbit, menyikapi jawaban penerbit, dan menyelesaikan semua hal
yang berkaitan dengan penerbitan harus muncul dari dirinya sendiri dan
dilakukan sendiri.
8. Berkomunikasi
Komunikasi merupakan satu kebutuhan yang mutlak bagi penulis. Keterampilan
berkomunikasi bukan hanya pada cara penulis mengomunikasikan idenya kepada
pembaca. Sebelum buku itu terbit dan bisa dibaca oleh orang lain, penulis sudah
melakukan berbagai komunikasi dengan pihak terkait. Ketika mulai menuangkan
gagasan, penulis seharusnya membicarakan gagasannya dan meminta dukungan, baik
dalam bentuk pikiran, tenaga, maupun yang lainnya. Pada waktu mencari referensi
dan mengembangkan ide, penulis berkomunikasi dengan petugas perpustakaan, nara
sumber, baik secara langsung maupun melalui internet. Setelah draf selesai
dibuat, penulis perlu meminta justifikasi, usulan perbaikan, dan sebagainya
dari proofreader, peserta seminar dan sebagainya. Komunikasi terus
berlanjut ke berbagai pihak sampai buku itu terbit. Juga dengan masyarakat
pembaca karena ada kemungkinan mereka akan mengundang penulis untuk menyediakan
waktu presentasi dan bertanya jawab, dan sebagainya. Etika komunikasi perlu
dicermati agar semua yang terlibat merasakan komunikasi yang baik.
9. Negosiasi
Negosiasi merupakan teknik memenangkan harapan. Penyelesaian yang
menguntungkan kedua belah pihak bisa tercapai dengan negosiasi. Penulis
bagaikan seorang negosiator yang siap memenangkan kerja sama. Sebelum
penandatanganan kontrak penerbitan buku, baik penulis maupun penerbit sudah
melewati berbagai negosiasi perbaikan atau modifikasi sampul buku, judul,
daftar isi, naskah, sampai pada penulisan sinopsis buku pada sampul belakang,
royalti, jumlah buku terbit, dan lain sebagainya. Bila buku itu menggunakan
gambar sampul dari sebuah lembaga, industri atau foto, penulis harus
bernegosiasi dengan pihak penerbit pula. Sampai pada promosi dan penjualan
perlu juga bernegosiasi. Penulis perlu sering mengalah untuk menang dalam
negosiasi.
10. Tingkat kesabaran yang tinggi
Sepengetahuan penulis, hampir semua penulis mempunyai tingkat kesabaran
yang tinggi. Mereka tidak emosional. Kesabaran ini ditunjukkan dalam
menyelesaikan tulisan dengan berbagai kendala atau tantangan yang dihadapi,
baik internal maupun eksternal. Secara internal, misalnya, penulis kadang
mengalami kebuntuan, kehilangan ide, untuk menyelesaikan satu bab buku untuk
ditulisnya. Penulis harus bersabar hingga memperoleh ide dengan berbagai upaya
sampai bab itu bisa dilanjutkan kembali hingga bukunya selesai. Kesabaran juga
diperlukan dalam menerima saran kritik atau komentar yang membuat penulis down.
11. Pendengar yang baik
Banyak orang pandai berbicara, tetapi belum tentu mau mendengar
pembicaraan, kritik, gagasan, atau nasihat orang lain. Mendengarkan untuk
menyaring dan menelaah informasi serta menyikapinya bukanlah pekerjaan mudah.
Untuk bisa mendengarkan dengan baik, kita juga harus mempunyai tingkat
kesabaran tinggi. Kita sering memberi respon terlalu cepat tanpa mendengar
dengan baik sehingga timbul salah pengertian. Penulis perlu memasang telinga
lebar-lebar dan bersikap positif terhadap semua respon dan omongan pihak
manapun atas karya yang akan atau sudah diterbitkan. Sikap positif ini adalah
modal penting bagi penulis untuk menghasilkan karya tulis yang memuaskan
pembaca sehingga kualitasnya akan meningkat.
12. Pemasaran
Produk seorang penulis adalah karya tulis. Bagaimanapun baiknya produk
kita, tanpa adanya pemasaran, produk tersebut tidak akan banyak terjual.
Penulis perlu dilengkapi dengan keterampilan pemasaran agar bisa ikut aktif
dalam menjual produk itu.
13. Bekerja di Bawah Tekanan dan Waktu Terbatas
Penulis menulis pada saat orang lain tidak mengerjakan apa-apa. Artinya
beban kerja penulis sama dengan pekerja lain, tetapi penulis masih bisa
menyisihkan waktu untuk menulis. Bagaimanapun berat tugas utamanya, penulis
tetap akan menulis. Meskipun tidak dikejar-kejar oleh tenggat waktu oleh pihak
manapun juga, penulis mempunyai rencana dan pelaksanaan yang matang bagi
dirinya sendiri. Bila diberi tenggat waktu oleh pihak terkait, penulis biasanya
bisa menyelesaikan pekerjaanya sebelum tenggat itu terlalui karena penulis
sudah terbiasa mengatasi hal itu.
14. Mandiri
Penulis mempunyai keterampilan untuk bekerja sendiri. Program kerja,
jadwal, dan tujuanya dibuat sendiri tanpa menunggu perintah orang lain.
Kemandirian ini berlangsung dari awal mengumpulkan ide, menulis,
menerbitkan, memasarkan, cetak ulang dan selanjutnya. Jadi, jika anda
ingin jadi penulis, jangan menunggu sampai Anda diminta menulis.
15. Membuat Keputusan
Seorang penulis harus bisa membuat keputusan. Keputusan bukan hanya karena harus
berhubungan dengan pihak tertentu dalam menerbitkan dan memasarkan gagasan,
tetapi juga dalam menulis. Penulis harus membuat keputusan topik atau judul
buku yang ditulisnya, memutuskan pokok-pokok bahasan apa saja yang relevan
dengan judul buku, menentukan kutipan yang akan diambil dan sebagainya. Tanpa
keputusan, penulis tidak bisa memulai menulis. Sebaliknya jika terlalu banyak
ide, penulis juga bisa bingung.
16. Menguasai Materi
Dengan menulis. Penulis tertantang untuk mendapatkan informasi selengkap mungkin tentang bidang yang ditulis. Materi dengan
sendirinya akan dikuasai sebelum buku itu terbit, setelah melalui proses
menulis. Menulis juga berarti belajar dengan proses belajar penulis sangat
efektif. Hal-hal yang dipelajari di rekam dan dituangkan dalam bentuk tulisan.
Apapun bidangnya, bial penulis berminat menulisnya akan dikuasai.
17. Mampu bekerja dalam Tim
Banyak penulis yang menulis buku bersama dengan penulis lain. Sesungguhnya,
untuk bisa terbit, penulis tidak bisa bekerja sendiri, meskipun menulis
sendiri. Banyak pihak yang terlibat dalam menerbitkan buku. Bekerja dalam tim
memerlukan aturan kebersamaan agar tujuan tercapai. Saling membantu,
membutuhkan, toleransi, dan menghargai dan menghormati merupakan merupakan
kunci keberhasilan sebuah tim.
Masih banyak keterampilan lain yang diperlukan penulis. Semakin berhasil
dan banyak keterampilan yang dikuasai penulis, semakin berkualitaslah penulis
tersebut. Keterampilan kita akan makin lengkap bila kita terus berupaya dengan
tekun.
BAB III
SIMPULAN
A.
Editing Karya Jurnalistik
Menyunting naskah (editing) adalah sebuah proses memperbaiki atau
menyempurnakan tulisan secara redaksional dan substansial. Editor penerbitan
memiliki peran diantaranya: pertama adalah sebagai petugas resmi penerbitan
yang melakukan review naskah yang ditawarkan penulis. Kedua, editor penerbitan
berperan sebagai penanggung jawab proyek penerbitan buku yang dieditnya.
Ketiga, editor penerbitan berperan melakukan penyuntingan dan koreksi
kebahasaan, menjaga konsistensi sistematika dan istilah, menjaga konsistensi
gaya penulisansesuai dengan jenis buku dan mengelola komunikasi antara penulis
dan penerbit.
Bagian-bagian dalam proses pengeditan meliputi:
1.
Editing Isi/ Materi/ Gagasan
2.
Editing Paragraf
3.
Editing Ragangan
4.
Editing Kebahasaan
B.
Publikasi Karya Jurnalistik
Publikasi berarti memberitahukan kepada umum, mengumumkan, segala usaha
yang berhubungan dengan kegiatan dalam bidang pengumuman. Publikasi dapat di lakukan
dengan mempergunakan berbagai media massa seperti website, pers, film, radio,
televisi, majalah, pamflet, buku, internet dan lain sebagainya.
C.
Media Online untuk Publikasi
Dengan menggunakan mesin pencari Internet siswa dapat melalukan riset online
lebih efisien. Dalam pers profesional, pemberitaan berbantuan komputer telah
memampukan berita untuk ditulis dengan lebih akurat dan menyeluruh. Publikasi
web bukan sekedar mengulangi apa-apa yang telah diterbitkan di media cetak,
tetapi juga harus berisi berita-berita terkini yang mungkin membutuhkan sumber
daya tambahan untuk mengelola situs ini. Publikasi di Internet, dalam
beberapa hal tidak berbeda dengan publikasi lewat media lain, seperti media
cetak.
D.
Berkarya Secara Profesional
Keterampilan untuk berkarya secara profesional meliputi: Bahasa, Riset,
Imajinasi yang kreatif, Menulis dan mendesain, Bekerja dengan waktu yang
terbatas, Disiplin, Bekerja mandiri, Berkomunikasi, Negosiasi, Tingkat
kesabaran yang tinggi, Pendengar yang baik, Pemasaran, Bekerja di Bawah Tekanan
dan Waktu Terbatas, Mandiri, Membuat Keputusan, Menguasai Materi, serta
Mampu bekerja dalam Tim.
SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat, uraian singkat mengenai pembahasan
Editing dan Publikasi dalam Karya Jurnalistik. Besar harapan kami makalah ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa makalah kami masih
banyak kekurangan. Untuk itu, kami senantiasa mengharapkan masukan dan kritik yang
membangun untuk kemajuan bersama.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, Mudrajad, Mahir
Menulis “Kiat Jitu Menulis Artikel, Opini, Kolom, dan Resensi Buku”,
Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2009.
Leo, Sutanto, Kiat Jitu Menulis Dan
Menerbitkan Buku, Jakarta: Erlangga, 2010
Rolnick, Tom E. i et.
al., Pengantar Dasar Jurnalisme, Jakarta: Kencana, 2008.
Romli, Asep Syamsul M.,
Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, Bandung: PT Remaja Rodaksana, 2009.
Rosyadi, A. Rahamat, Menjadi
Penulis Profesional Itu Mudah, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.
Stein M.L., Bagaimana
Menjadi Wartawan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993.
Sukino, Menulis itu
Mudah, Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang, 2010.
A. PENDAHULUAN
Pertama kali menulis surat, berapa kali anda
menulis ulang surat itu dan berapa lembar kerta yang anda habiskan? Banyak
bukan? Itu terjadi karena anda menyunting surat itu agar kata-kata anda
bagi orang yang anda tuju. Penyuntingan memang sifat yang sangat alamiah dalam
aktifitas menulis. Proses tersebut baru berakhir setelah bahasa, isi, dan alur
cerita memuaskan anda. Penyuntingan terus berlangsung selama karya tulis itu masih
mungkin disunting. Sesungguhnya, seorang penyunting bertanggung jawab untuk
melakukan penyuntingan setiap saat karena penulis merupakan juga seorang penyunting. Salah satu contoh tanggung jawab seorang penulis yang paling sederhana
adalah meminimalkan kesalahan ketik karena kesalahan ketik dalam jumlah banyak seolah-olah
menunjukkan kekurangannya yang sangat serius sang penulis dalam pekerjaannya.
Dalam penulisan sebuah karya tulis, penulis juga berkewajiban menyelaraskan
isi, bahasa, dan alur pemikiran materi sebelum naskah dikirim ke penerbit atau
sebelum di publikasikan baik melalui pengiklanan, media online, seminar, dan
lain sebagainya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Editing Karya Jurnalistik ?
2. Apa yang dimaksud dengan Publikasi Karya Jurnalistik ?
3. Bagaimana Media Online untuk Publikasi ?
4. Bagaimana Berkarya Secara Profesional ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Editing Karya
Jurnalistik
1. Pengertian
Editing
merupakan tahapan yang berkaitan dengan penulisan secara final. Bila
tahap-tahap sebelumnya difokuskan kepada isi, editing lebih difokuskan pada
masalah mekanik, seperti ejaan, penggalan kata, kata hubung, struktur kalimat,
dan sebagainya. Maksud dilakukan editing ini agar tulisan itu memiliki tingkat
keterbacaan yang baik. Pembaca akan mudah memahami tulisan kita. Jarak antara
pembaca dengan ide menjadi lebih dekat dan tulisan itu juga lebih komunikatif. (sukino, Menulis itu Mudah,
yogyakarta)
Menyunting naskah (editing) adalah sebuah proses memperbaiki atau
menyempurnakan tulisan secara redaksional dan substansial. Pelakunya disebut
editor (penyunting) atau redaktur.
Secara redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat supaya lebih logis,
mudah dipahami, dan tidak rancu. Setiap kata dan kalimat, selain harus benar
ejaan atau cara penulisannya, juga harus benar-benar punya arti dan enak
dibaca. Tujuan akhir proses editing jenis ini adalah tidak hanya memiliki ejaan
yang benar tetapi juga enak dibaca.
Secara substansial, editor harus memperhatikan fakta atau data agar terjaga
keakuratan dan kebenarannya. Editor pun harus memperhatikan apakah isi tulisan
itu dapat mudah dimengerti pembaca atau malah membingungkan. Sistematika juga
harus diperhatikan oleh seorang editor. Tujuan proses pengeditan tipe ini adalah tidak hanya untuk membuat tulisan
mudah dimengerti, tetapi juga sistematika tulisan secara keseluruhan tetap
terjaga.
Dari semua kegiatan yang tercakup dalam dua jenis proses pengeditan tersebut,
yang menjadi fokus editor adalah: (1) menyadari perbedaan latar belakang para
pembaca, baik dari segi umur, taraf hidup, dan gaya hidup sehingga naskah yang
dihasilkan sesuai dengan latar belakang pembaca; (2) tegas; (3) memperbaiki
tulisan tanpa merusak cara penulis dalam memaparkan pendapatnya; dan (4)
hati-hati dengan iklan terselubung yang termuat dalam tulisan.
Editor penerbitan memiliki peran diantaranya, pertama adalah sebagai
petugas resmi penerbitan yang melakukan review naskah yang ditawarkan
penulis. Kedua, editor penerbitan berperan sebagai penanggung jawab
proyek penerbitan buku yang dieditnya. Ketiga, editor penerbitan
berperan melakukan penyuntingan dan koreksi kebahasaan, menjaga konsistensi
sistematika dan istilah, menjaga konsistensi gaya penulisansesuai dengan jenis
buku dan mengelola komunikasi antara penulis dan penerbit.
Wajah atau gaya pemberitaan sebuah penerbitan pers umumnya bergantung pada keahlian dan
kreativitas para redakturnya dalam teknik menyunting.
Kegiatan menyunting pada
dasarnya menyangkut hal-hal berikut:
1. Memperbaiki kesalahan-kesalahan faktual.
2. Menjaga jangan sampai terjadi kontradiksi dan mengedit berita tersebut
untuk memperbaikinya.
3. Memperbaiki kesalahan dalam penggunaan tanda-tanda baca, tatabahasa, ejaan,
angka, nama, dan alamat.
4. Menyesuaikan naskah dengan gaya suratkabar bersangkutan.
5. Mengetatkan tulisan, membuat satu kata melakukan pekerjaan tiga atau empat
kata, menjadikan satu kalimat menyatakan fakta-fakta yang terdapat dalam satu
paragraf. Menyingkat tulisan sesuai dengan ruang yang tersedia.
6. Menjaga jangan sampai terjadi penghinaan, arti ganda, dan tulisan yang
memuakkan (bad taste).
7. Melengkapi tulisan dengan bahan-bahan tipografi, seperti anak judul
(subjudul), di mana diperlukan.
8. Menulis judul untuk berita bersangkutan agar menarik.
9. Di beberapa suratkabar, editing juga termasuk menulis caption
(keterangan gambar) untuk foto dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan
cerita yang disunting itu.
10. Setelah edisi itu naik cetak, menelaah koran tersebut secermat mungkin
sebagai perlindungan lebih lanjut terdapat kesalahan dan melakukan perbaikan
jika deadline masih memungkinkan.
Dengan demikian, menyunting tidak semata-mata memotong (cutting)
naskah agar cukup pas masuk dalam kolom atau ruangan (space) yang tersedia,
tetapi juga membuat tulisan itu enak dibaca, menarik, dan tidak mengandung
kesalahan faktual.
Dalam melaksanakan kewajibannya, seorang editor harus pula memperhatikan
hal-hal berikut:
1. Sadar mengenai sifat-sifat umum tentang umur, taraf hidup, dan gaya hidup
para pembaca utama korannya, dan menyunting naskah sesuai dengan sifat umum
tersebut.
2. Sebagai hatinurani suratkabar, penyunting harus tegas dalam hal-hal seperti
penggunaan huruf besar dan singkatan, penggunaan gelar, tanda baca, ejaan, tata
bahasa, pemilihan jenis huruf untuk judul dan sebagainya.
3. Memperbaiki tulisan dengan segala upaya tanpa merusak cara penulisannya
menyatakan pendapatnya. Karenanya, editor harus membaca lebih dulu seluruh
naskah untuk mendapatkan pengertian penuh tentang apa yang akan dikatakan oleh
si penulis. Di sini berlaku hukum: editor hanya berhak mengubah redaksi, bukan
substansi.
4. Menjaga masuknya iklan terselubung dalam tulisan. Untuk membantu
pekerjaannya, seorang editor biasanya melengkapi dirinya dengan pemilikan kamus
bahasa, kamus singkatan (akronim), tesaurus, peta, buku biografi tentang
tokoh-tokoh ternama, ensiklopedi, buku telefon, buku atau koleksi ucapan atau
pepatah terkenal, dan sebagainya.
Editor tak jarang merangkap sebagai editor bahasa, sehingga mutlak menguasai
bahasa jurnalistik atau kaidah penggunaan bahasa yang baku (sesuai Ejaan Yang
Disempurnakan). Di sini persyaratan yang menjadi sifat Redaktur dalam buku Newsman’s
English, antara lain:
a.
Berwawasan luas
b.
Berkepala dingin,
sanggup bekerja dalam suasana tergesa-gesa dan rumit, tanpa menderita perasaan
tertekan.
c.
Cermat, hati-hati,
tekun, dan tegas.
d.
Melihat sesuatu dari
sudut pandang pembaca. Artinya, editor harus berorientasi pada kepentingan
pembaca. Jangan sampai naskah hanya bisa dipahami oleh dirinya, tetapi
membingungkan pembaca. Ia juga harus menjadikan sebuah naskah penting dan
menarik bagi pembaca, bukan hanya bagi dirinya atau suratkabarnya.
Sebelum naskah dikirim ke penerbit, penulis sebaiknya melakukan
editing naskah yang berkaitan dengan:
1) Editing Isi/ Materi/ Gagasan
Isi/materi/gagasan yang terdapat dalam bentuk teks buku diibaratkan sebagai
gizi sebuah buku. Ketebalan atau tipisnya halaman buku terletak pada banyak
atau sedikitnya materi buku yang dituliskannya. Buku yang akan diterbitkan
memerlukan ketebalan yang memadai agar buku itu secara estetika indah dipandang
atau disimpan. Ketebalan buku berkaitan dengan jumlah halaman yang
menggambarkan isi/materi/gagasan. Buku yang jumlah halamannya kurang tidak
memberikan daya tarik terutama untuk penyimpanan dan pendokumentasian.
Penyuntingan terhadap isi buku dapat dilakukan dengan cara pengurangan,
penggantian, dan penambahan isinya yang relefan dengan topik dan tema
kajiannya. Pengurangan terhadap isi/materi/gagasan bila memang dianggap tidak
relefan dengan topik kajiannya. Kemudian menggantinya dengan suatu topik yang
sedang dibahas. Kalau memungkinkan ada sumber lain yang lebih aktual dan
akurat, seorang penulis dapat saja menambahkan isi/materi/gagasan itu untuk
melengkapinya. Misalnya grafik, tabel, gambar, atau data lain yang dianggap
perlu.
Proses editing atau penyuntingan ini dilakukan selain berkaitan dengan
akurasi data, informasi yang faktual, juga untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan bagi penulis dan pembacanya. Dengan demikian dapat menambah
ketebalan halaman buku secara langsung hingga mencapai ukuran ideal sebuah buku
mata ajar kuliah untuk diterbitkan. Namun begitu, seorang penulis jangan
terjebak oleh suatu keinginan hanya utntuk mempertebal jumlah halaman tanpa
memperhatikan isi/materi/gagasan yang dituliskannya.
2) Editing Paragraf
Editing atau penyuntingan terhadap isi/materi/gagasan akan berpengaruh pada
kepadatan paragraf, sehingga menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antar
paragraf, ada yang tebal dan tipis. Paragraf yang tidak berimbang tebal atau
tipisnya dapat memengaruhi nilai estetika buku. Dengan demikian penyuntingan
berikutnya harus diarahkan terhadap bentuk ideal paragraf. Paragraf yang tipis
harus diseimbangkan dengan paragraf yang mencapai ketebalan standar hingga
semua ketebalan paragraf dianggap relatif seimbang. Ketebalan ideal sebuah
paragraf sebanyak 7-10 baris. Jadi dalam satu halaman draf buku dengan ukuran
kertas A4 terdiri dari 3-4 buah paragraf.
Kalau isi/materi/gagasan diibaratkan sebagai gizi sebuah buku maka paragraf
merupakan dagingnya. Karena itu penulisan antar paragraf dalam sebuah buku
sangat diperlukan keseimbangannya. Penyeimbangan ini dibutuhkan untuk memenuhi
standar estetika buku ketika dilakukan penilaian dalam sebuah kompetisi
buku. Paragraf yang terlalu tebal dapat memengaruhi daya baca seseorang
dalam memehami teks. Seorang penulis mesti memerhatikan ini, karena teks yang
dibaca tanpa ada upaya memahaminya dari pembaca menjadikan buku yang
diterbitkan itu mubazir. Sebaiknya, ketipisan paragraf juga dikhawatirkan tidak
mewakiti gagasan yang disampaikan penulis. Malah bisa jadi gagasannya itu tidak
selesai diungkapkan dengan kata-kata dan kalimat yang terbatas.
3) Editing Ragangan
Ragangan atau outline dalam sebuah buku diibaratkan sebagai
tulang-tulangnya yang berfungsi mengikat daging yang mengandung gizi. Oleh
sebab itu, ragangan harus disusun secara sistematis berdasarkan topik dan
subtopiknya. Sistematika ragangan berkaitan dengan urut-urutan dan letak
subtopik pembahasan yang akan ditulis. Ragangan dalam penulisan buku yang telah
ditetapkan sejak awal bukan merupakan harga mati. Dalam arti, ragangan yang
tidak sesuai denagn isi/materi/gagasan dalam buku masih bisa dibongkat pasang
untuk menyesuaikannya. Sama halnya dengan judul tulisan atau buku yang sudah
disetting sejak awal boleh saja digonta-ganti sesuai dengan tema yang
disajikannya.
Ragangan dapat saja diubah saat penulian sedang berjalan atau nanti di
akhir penulisan. Mengedit ragangan bisa dengan cara mengurangi, mengganti, atau
menambahkan sesuai dengan subtopik kajian. Pada dasarnya ragangan yang telah
ditulis sejak awal penulisan harus disesuaikan dengan apa yang dibahas dalam
isi/materi/gagasan dalam buku. Pertimbangannya akan lebih mudah mengganti
ragangan dari pada harus menulis ulang kajiannya. Editing ragangan yang terbaik
adalah saat finalisasi penulisan, sekaligus dalam menentukan halaman pada
daftar isi buku.
4) Editing Kebahasaan
Kebahasaan dalam sebuah buku disamakan dengan kulit sebagai pembungkus
daging dan tulang serta untuk melindungi keberadaan gizinya. Karena itu, bahasa
buku harus memenuhi standardinasi bahasa yang berlaku. Bahasa Indonesia yang
menjadi dasar rujukan harus menggunakan EYD. Penulisan buku mata ajar kuliah
atau karya ilmiah populer bahasanya tidak bisa seenaknya penulis, tetapi harus
menggunakan bahasa formal atau semi formal. Editing atau penyuntingan terhadap
bahasa mutlak diperlukan kalau buku itu diterbitkan. Penyuntingan berkaitan dengan
penghurufan, penomoran, pelambangan, ejaan, dan tanda baca. Hal ini dapat dapat
dipelajari dari lampiran buku ini tentang penggunaan EYD.
Editing kebahasaan mempunyai banyak fungsi, antara lain untuk standardinasi
sebuah buku. Hal ini sngat diperlukan dalam memberikan bobot atas buku teks.
Selain itu jaga, bahasa dapat menjadi pemanis dalam menambah daya tarik
pembaca. Namun demikian, untuk penulisan buku mata ajar kuliah atau karya
ilmiah tidak perlu manggunakan bahasa seindah puisi atau sajak. Kebahasan yang
dimaksudkan di sini adalah berdasarkan kaidah tata bahasa yang berlaku. Fungsi
lain dari ketatabahsaan juga untuk mempercepat pemahaman pembaca terhadap
sebuah teks yang tersusun dari kata, kalimat, dan paragraf.
Sebelum penyuntingan dimulai, Anda harus terlebih dahulu menyadari bahwa
penyuntingan diperlukan untuk membuat kata, ungkapan, kalimat, paragraf dan
subbab berkoherensi, halus, menarik, dan jelas. Untuk itu, Anda membiarkan draf untuk sementara
waktu agar pikiran dan pendangan anda lebih segar dan tenang sehingga anda bisa
menelaah dan mengedit draf secara menyeluruh dengan baik. Adapun
langkah-langkah menyutingan adalah sebagai berikut.
a)
Bacalah setiap kalimat dengan renungan
berulang-ulang. Untuk membuat kalimat lebih baik, tidak jarang anda membaca
satu kalimat berkali-kali,sampa anda mendapatkan esensinya, kemudian anda
tuangkan dalam bentuk murni.
b)
Baca lagi naskah anda
beberapa kali dengan fokus yang berbeda-beda, misalnya pada sekali waktu, anda
fokus pada ejaan. Lalu di waktu berikutnya, anda fokus di tata bahasa, atau konsistensi
istilah, atau gambar serta keterangannya, dan lain sebagainya.
c)
Kenali pola kesalahan yang biasanya anda dapat
setelah karya tulis di proofread atau diediting. Untuk itu, anda perlu
mewaspadai pola-pola kesalahan yang sering anda lakukan dan berusaha
memperbaikinya.
d) Gunakan spelling check pada komputer bila tulisan anda dibut dalam
bahasa inggris atau bahasa internasional lainnya. Namun demikian komputer juga
mungkin bisa membuat kesalahan, misalnya ejaanya bisa jadi benar, tetapi
artinya berbeda, seperti: paper - pepper, line - lain, you’re - your, their
- there, its - it’s, dan sebagainya.
e)
Perhatikan ide utama dan ide pendukung dalam
setiap paragraf. Anda harus memastikan setiap paragraf mengandung satu ide
utama yang tercantum dalam kalimat topik paragraf itu. Kalimat-kalimat lainya
sebagai pendukung kalimat topik. Apabila ada kalimat yang tidak mendukung kalimat
topik anda harus membuang atau memasukannya kalimat “nyasar” tersebut ke dalam
paragraf lain yang didukungnya.
f)
Revisi kalimat-kalimat yang terlalu panjang atau
sebaliknya terpotong-potang, kalimat yang tidak menggunakan kata sambung,
kalimat-kalimat ambigu, dan sebagainya.
g)
Bebaskan kemuangkinan adanya pelanggaran seperti
pelecehan, fitnah, penghujatan dan lain-lain. Bila anda ragu-ragu dengan apa
anda tulis, konsultasikan dengan pihak-pihak yang berkompeten.
h)
Bantu tegaskan bahwa setiap informasi yang anda
tulis benar dan dapat dipercaya.
i)
Konsultasikan jargon, pengertian, atau bagian
yang meragukan dengan pihak yang berkompeten. Tuliskan daftar istilah bila
perlu.
j)
Gunakan kamus, tesaurus (kamus sinonim), buku
tata bahasa, artikel penggunaan tanda baca, internet (kamus idiom daring), dan
berbagai sarana yang membantu anda dalam penyutingan.
k)
Cari pembaca sukarela (terutama mereka yang
menekuni bidang yang sesuai dengan topik yang anda buat) untuk diminta masukan.
2. Konsep Dasar Editing Nas (Copyediting)
Ilmu dan keterampilan editing berkembang semakin luas setela
terjadinya perkembangan teknologi dibidag cetak dan tulis-menulis. Kini
publikasi dapat terjadi dalam hitungan detik seperti halnya terlihat pada media
daring (online) yang memperbarui berita hampir setiap menit.
Selain penulis yang andal, diperlukan juga editor nas yang andal
untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan dalam pbikasi yang berpotensi
menyesatkan pembaca. Namun, sayangnya ilmu editing dan ilmu penerbitan secara
formal berkembang terbatas di Indonsia.
Ketiadaan lembaga pendidikan formal voasional dibidang editin
naskah berimbas pada langkanya para editor yang mengenyam pendidikan formal.
Pendidikan non formal yang tersedia juga sangat terbatas dalam bentuk kursus
atau pelatihan singkat. Diantaranya yang diadakan di Akademi Literasi Sastra Indonesia (Alinea)
Ikapi serta Institut Penulis Indonesia.
Berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu beberapa konsep dasar
editing nas agar dapat mengenali tugas-tugas editing nas yang diperlukan:
1.
Tujuh Aspek Editing Nas
Beberapa literatur tenang penerbitan dan diting di Indonesia
tampaknya banyak mengutip tgas seseorang editor nas berdasarkan buku kara Datus
C. Smith, Jr. Berjudul asli A Guide to Book Publishing. Buku ini
diterjemahkan oleh Subekti Dhirdjosaputro dan diterbitkan dan edisi revisinya
oleh Pusat Grafika Indonesia (Pusgrafin) pada tahun 1992-Pusgrafin kini telah
berubah menjadi Politeknik Media Kreatif
Smith (1992: 76) menyebutkan dalam bab “ Penyuntingan Naskah” bahwa
terdapat tujuh krlompok tugas editor nas, yaitu dapat dibaca (legibility),
ketetapan, tata bahasa, kejelasan gaya bahasa, ketelitian fakta, legalitas dan
kesopanan, serta rincian roduksi.
Mengikuti paparan Smith, berikut ini dijelaskan tujuh aspek yang
harus di edit dari sebuah naskah olh editor nas.
a.
Kejelahan dan Keterbacaan
Kejelahan (legability) dan keterbacaan (readability)
sangat terkait dengan proses pengatakan halan isi (layout) dan desain
kover.
Jelah bukanlah kata
yang sala tulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata jelah
memiliki makna sama dengan terang
dan jernih. Faktor kejelahan ini dapat dilihat dari jarak antar
huruf, spasi antar kata, panjang baris susunan huruf, dan jenis huruf/fonta
yang dipilih.
Selain kejelahan, keterbacaan juga perlu diperhatikan. Keterbacaan
menyangkut desain total sebuah publikasi dari ukuran, penggunaan warna, batas
margin, hingga susunan huruf yang membuat pembaca nyaman dan mudah dalam
membaca.
b.
Ketaatasasan/Konsistensi
Smith (1992: 77) sangat menekankan editor nas menjaga konsistensi
dalam menggunakan kata/istilah dan tanda baca. Meskipun sebuah kata memiliki
beberapa sinonim, tidaklah lantas kata-kata tersebut dapat digunakan secara
bergantian sebagai sebuah variasi. Editor nas harus memperhatikan aspek
ketaatasasan/konsistensi, terutama pada penulis/pengarang yang kerap
menghambur-hamburkan kata atau menggunakan kata bersinonim yang sebenarnya
berbeda rasa.
c.
Kebahasaan
Kebahasaan meupakan tugas yang paling dipahami sebagai tugas utama
para editor nas yaitu menerapkan kaidah bahasa Indonesia ang baik dan benar
didalam publikasi. Patokan bahsa yang dapatdijadikan sandaran para editor nas
adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Tata Bahasa
Bak Bahasa Indonesia.
d.
Kejelasan Gaya Bahasa (Ketedasan)
Kejelasan gaya bahsa merupakan hal paling sulit untuk dikenalai,
termasuk di edit. Kejelasan gaya bahsa terkait dengan penyajian naskah yang
ditampilkan penulis/pengarang. Para editor nas harus memahami maksud
penulis/pngarang secara jelas dan nyata.
e.
Ketelitian dan Fakta
Tambahan tugas nas editor adalah menyelisik bagian naskah yang
berupa data dan fakta. Data dapat terkait angka, rumus ataupun sebuah
statistika. Fakta dapat terkait peristtiwa, tanggal, nama orang, nama tempat,
judul buku, judul lagu, dll. Semua data dan fakta harus benar karena akan
disajikan kepada pembaca.
Jadi, jika menemuan sesuatu yang janggal, editor nas harus
mengonfirmasikannya kepada penulis/pengarang. Apabila kesalahan data dan fakta
langsung terdeteksi, editor nas dapat langsung mengubah sesuai dengan yang
sebenarnya.
f.
Kelegalan dan Kesopanan
Kasus plagiat adalah kasus terkait pelanggaran legalitas. Adapun
penyebaran berita bohong (hoax), pornografi, fitnah, pencemaran nama
baik, konten tidak senonoh, dan penghinaan SARA adalah kasus terkait kesopanan.
Demi keamanan penerbit, termasuk penulis, editor nas wajib mengonfirmasi
hal-hal yang berpotensi sebagai tindakan plagiat dan konten-konten yang
berpotensi meresahkan masyarkat pembaca kepada penerbit.
g.
Ketepatan Rincian Produksi
Meskipun
editor nas tidak terlibat langsung dalam proses produksi (pencetakan), ia tetap
memiliki peran penting dalam penyiapan produksi,terutama dalam tahap pracetak.
Editor nas menjadi penjamin bahwa naskah yang hendak diproses sudah lengkap,
termasuk seluruh elemen antonimnya.
3. Kode Etik Editor Nas
Prinsip kerja secara filosofis dalam dunia editor nas adalah 3M,
yaitu menerima, memperbbaiki, dan memberi. Dalam hal ini editor nas harus
menempatkan penulis sebagai mittranya
yang harus dibantu agar naskah dari penulis layak untuk dipublikasikan.
Seperti halnya profesi lain, edior nas pun dalam kerjanya
“dipagari” oleh kode etik editor nas. Meskipun tidak ada dokumen resmi
penetapan kode etik tersebut, para editor nas dapat mengacu pada kesepakatan
kerja (kontrak), terutama antaa penulis dan penerbit dalam beberapa hal
berikut.
a.
Editor
nas harus menghormati ciptaan dan pencipta karya tulis yang sedang dieditnya
sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014.
b.
Editor
nas tidak boleh mengambil keuntungan dari karya cipta yang sedang dieditnya
dengan menciptakan karya sejenis (penjiplakan ide dan materi).
c.
Editor
nas harus merahasiakan isi naskah ang sedang diditnya dari kepentingan yang
tidak ada hubunganya dengan poses pengolahan naskah.
d.
Editor
nas tidak diperkenankan menghilangkan atau merusakkan bagian- naskah sehingga merugikan penulis.
e.
Editor
nas tidak diperkenankan mengubah isi naskah tanpa pemberitahuan atapun adanya
kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian penerbitan apalagi pengubahan yang
berpotensi mangaburkan maksud penulis pengarang.
f.
Editor
nas tidak boleh memulakan kesalahan justru dari teks yang suddah benar sehingga
berakibat fatal.
g.
Editor
nas tidak boleh memperlambat pengeditan melewati tenggat (deadline) yang
sudah ditetapkan secara sengaja atau tanpa alasan yang dapat diterima.
4. Editing Mekanis (Mechanical Editing)
Editing
mekanis (mechanical editing) adalah tugas inti dari seorang editor nas.
Editing mekanis dianggap sebagai keterampilan dasar bagi seorang editor nas yang sehari-hari berkutat dengan naskah.
Jantung
dari pekerjaan editing mekanis adalah memastikan naskah sesuai dengan gaya
editorial yang ditetapkan atau sering disebut gaya selingkung (house style).
Gaya editorial meliputi :
a.
Ejaan
b.
Pemenggalan
kata
c.
Kapitalisasi
d.
Tanda
baca
e.
Perlakuan
terhadap angka dan jumlah
f.
Perlakuan
terhadap kutipan
g.
Penggunaan
singkatan dan akronim
h.
Penggunaan
jenis huruf tebal dan italik
i.
Perlakuan
terhadap elemen khusus
j.
Format
catatan kaki, catatan akhir, dan dokumentasi lain.
Terkait dengan editan mekanis, Einsohn (2000: 5) menyatakan hal
berikut.
Dalam editing mekanis ini utamnaya yang diperlukan adalah ketajaman
mata, pemahaman yang utuh terhadap
konvensi (naskah) secara luas, dan keputusan yang baik. Kesalahan yang
umumnya sering dilakukan editor nas pemula adalah menulis ulang bagian naskah
(baik atau buruknya sangat bergantung pada keterampilan menulis sang eitor nas)
dan malah mengabaikan detai kecil, seperti kapitalisasi, tanda baca, dan
pemenggalan kata.
Berdasarkan pendapat Einsohn, apa yang dilakukan editor nas pemula
itu adalah sebuah kekeliruan. Bagaimanapun seorang editor nas harus bertanggung
jawab pada semua inkositensi mekanis di dalam naskah.
Editing mekanis lazimnya dilakukan pada naskah mentah (manuskrip/typescript)
dengan membubuhkan tanda-tanda ediing nas. Kini editing mekanis juga dapat
dilakukan langsung pada fail komputer (softcopy), baik pada format Word,
PDF, ataupun langsung pada format In-Design. Editing mekanis dengan komputer
lazim disebut on-screen editing.
5. Tingkatan Editing Nas
Einsohn
(2000: 13) mengungkapkan bahwa ketika waktu dan biaya selalu menjadi isu,
banyak perusahaan penerbitan menerapkan tiga tingkatan editing, yaitu editing
ringan, editing sedang, editing berat demi memberi kode kepada editor nas
tentang fokus dan prioritas yang harus mereka kerjakan. Karena itu, kemudian
dikenal tingkatan dalam editing nas.
Menurut
Einsohn (2000: 13) terdapat beberapa hal yang menjadi dasar penetapan tingkatan
editing nas yang dilakukan oleh penerbit, yaitu:
a.
Kualitas
tulisan
b.
Pembaca
sasaran
c.
Jadwal
dan biaya untuk editing serta publikasi
d.
Reputasi
penulis, sikapnya terhadap editing, dan jadwal kerja
e.
Jumlah
tiras cetak, dan
f.
Kepentingan
penerbitan bagi penerbit.
6. Waktu Editing Nas
Apakah
waktu editing pada sebuah naskah dapat diestimasi? Sebagai pekerjaan yang juga
berbasis kecepatan, semestinya pekerjaan editing juga dapat diestimasi sesuai
dengan konsisi naskah. Tabel 1.5 memuat kecepatan editing pada naskah tercetak
(hardcopy) yang merupakan hasil riset Einsohn (2000: 22).
Tabel
1.5 Kecepatan Editing untuk Tiga
Jenis Editing
Kecepatan Editing Naskah Tercetak (Halaman per jam)
|
||
Tingkatan editing nas
|
Teks Standar
|
Teks Sulit
|
Editing Ringan
|
6-9
|
4-6
|
Editing Sedang
|
4-7
|
2-4
|
Editing Sulit
|
2-3
|
1-2
|
B.
Publikasi Karya Jurnalistik
Publikasi berasal dari kata publish, publisis, atau publisistik, yang
berarti memberitahukan kepada umum, mengumumkan, segala usaha yang berhubungan
dengan kegiatan dalam bidang pengumuman. Pengumuman tersebut dilakukan
melalui alat-alat komunikasi massa, yaitu alat-alat yang dapat menghubungkan atau mengadakan komunikasi
dengan massa. Publikasi adalah bidang komunikasi berita atau ide dalam satu
situasi di mana khalayak ramai akan menerima semua ide ini sebagaimana yang
anda harapan. Kesimpulannya adalah pengertian publikasi tidak dapat di pisahkan dengan
alat-alat komunikasi massa.
Publikasi dapat di lakukan dengan mempergunakan berbagai media massa seperti
website, pers, film, radio, televisi, majalah, pamflet, buku dan lain
sebagainya. Internet merupakan media promosi pemasaran yang cukup efektif, dengan memiliki website anda dapat mempublikaskan
produk atau layanan anda tanpa batas tempat dan waktu.
Walaupun demikian, tidak berarti dengan kepemilikan website promosi
lalu media cetak dihentikan, karena tentu tidak semua masyarakat memiliki
akses internet. Dan juga website yang telah dimiliki perusahaan harus
dipromosikan agar diketahui masyarakat atau pasar yang dituju.
C.
Media Online untuk Publikasi
Seperti Autobahn Jerman, seperti jalan tol bebas hambatan di mana akses dan
kecepatan tinggi, seperti tidak ada batasnya. Mahasiswa dan bahkan siswa
sekolah menengah mendapatkan informasi melalui komputer personal yang terpasang
di sekolah dan di rumah mereka. Dengan mengandalkan sumber ini, jurnalis dapat
melakukan riset dan wawancara untuk menyusun berita dan menawarkan informasi
dan kontak tambahan dengan publikasi di luar jadwa penerbitan normal.
Siswa/mahasiswa yang menggunakan potensi Internet akan mendapatkan sumber
informasi yang hampir tak terbatas. Siswa bukan hanya bisa meriset dan
mengumpulkan informasi, namun juga dapat membaca informasi tentang topik yang
sama yang telah muncul di media cetak. Mereka bahkan bisa melakukan wawancara
dan berkomunikasi dengan orang, organisasi dan agen pemerintah yang mungkin
tidak terjangkau dengan menggunakan metode tradisional, seperti telepon. Dengan
menggunakan mesin pencari Internet siswa dapat melalukan riset online
lebih efisien untuk mengumpulkan informasi tentang topik-topik mulai dari
hiburan hingga berita serius yang mendalam. Dalam pers profesional, pemberitaan
berbantuan komputer telah memampukan berita untuk ditulis dengan lebih akurat
dan menyeluruh. Kini orang bisa mendapat informasi yang begitu banyak melalui
situs-situs online.
Mempelajari pencarian sumber online secara efisien mungkin akan
lebih terbantu jika dilakukan dengan berkonsultasi dengan pustakawan atau ahli
media, yang dapat membantu jurnalis siswa untuk menavigasi situs dan informasi
yang kompleks.
Publikasi web seharusnya bukan sekedar mengulangi apa-apa yang telah
diterbitkan di media cetak, tetapi juga harus berisi berita-berita terkini yang
mungkin membutuhkan sumber daya tambahan untuk mengelola situs ini, baik itu
sumber daya manusia maupun peralatan. Publikasi mungkin perlu merekrut anggota
tambahan untuk mengelola publikasi online. Mereka yang punya pengetahuan
dan keahlian sofeware online akan bisa banyak membantu. Atau jurnalis
siswa dapat bekerja sama dengan siswa yang ahli dalam bidang ini untuk memberi
informasi yangt baru dan segar. Publikasi harus memiliki rencana pasti untuk
penyediaan isi online sebelum memulai publikasi online. Menciptakan
situs online yang tak pernah diperbarui atau diubah, khususnya setelah
ada iklan, jelas akan gagal.
Aturan yang mengatur apa-apa yang dipublikasikan di Internet terus
berkembang mengiringi perkembangan teknologi yang dipakai dalam bentuk
komunikasi ini. Publikasi di Internet, dalam beberapa hal tidak berbeda dengan
publikasi lewat media lain, seperti media cetak. Pada umumnya, undang-undang
yang berlaku untuk jurnalis siswa/mahasiswa yang memublikasikan koran dan
majalah cetak, atau yearbook, juga berlaku untuk versi publikasi online
dari publikasi cetak yang sama. Sebagaimana media cetak, di mana dan kapan
sebuah “publikasi” online diproduksi juga menjadi faktor penting dalam
kaitannya dengan aplikasi undang-undang. Bahkan pemberitaan dan proses
pengumpulan informasi dengan menggunakan Internet mungkin juga diatur oleh
undang-undang tersendiri.
D.
Berkarya Secara Profesional
Berkarya secara profesonal dan mampu menghasilakan karya tulis yang baik, penulis harus
memiliki keterampilan, baik dengan cara belajar sendiri, otodidak, maupun dari orang lain
melalaui pelatihan-pelatihan. Keterampilan tersebut antara lain ialah sebagai berikut:
1. Bahasa
Keterampilam bahasa ini merupakan keterampilan
yang paling utama karena fungsi bahasa yang paling utama adalah untuk
berkomunikasi. Karya tulis adalah media komunikasi bagi penulis dan pembaca.
Penulis menyampaikan informasi melalui karyanya. Penulis mengharapkan bisa di
mengerti pembaca dengan baik.
2. Riset
Banyak orang berpikir bila seseorang menulis buku, orang itu tahu sesuatu
dan seharusnya memang demikian. Bila kita terima pendapat ini, kita akan
menulis buku dari hasil pengamatan atau penelitian dan pengalaman kita.
Buku kita akan membuat keahlian kita valid dan kredibel karena kita bisa
menjelaskan lebih dari apa yang kita tulis. Dengan alasan tersebut, penulis
sangat lazim dikatakan menguasai ilmu pengetahuan yang ditulisnya.
Riset merupakan bagian dari kegiatan mengajar bagi pengajar yang kreatif
dan inovatif. Riset ini bukan hanya untuk mengumpulkan informasi untuk
keperluan penulisan, tetapi lebih luas lagi riset ini diperlukan untuk
mengetahui kelemahan dan kekuatan buku, prospek, minat baca masyarakat, daya
beli pasar, daya saing dan sebagainya. Dengan riset penulis bisa mendapatkan
informasi yang tepat untuk memprediksi kebutuhan masyarakat mendatang sehingga
penulis tidak akan kehabisan ide dan terus menulis buku-buku yang diminati
pembaca.
3. Imajinasi yang kreatif
Daya imajinasi sangat diperlukan bagi penulis terutama untuk mengembangkan
tulisan, isi, bahasa, ilustrasi, susunan, dan sebagainya. Pembaca dengan
berbagai tingkat kecerdasan, kelemahan, pola berfikir, dan tingkat kejenuhan
menuntut penulis untuk terus berimajinasi agar bukunya bisa ditampilkan dengan
mengutamakan keperluan pembaca.
4. Menulis dan mendesain
Menulis dengan menggunakan alat bantu asli tertentu memerlukan keterampilan
tersendiri. Penulis yang mahir menggunakan komputer dengan berbagai program
yang ada akan sangat menguntungkan. Sekalipun demikian, tidak mahir menggunakan
komputer bukan merupakan kendala bagi penulis yang serius. Dia akan terus
menulis sambil belajar menggunakan komputer. Sebagia contoh, Wilson Nadeak
adalah seorang penulis senior dan masih produktif serta terbiasa menggunakan
mesin tik listrik. Beliau mengatakan inspirasinya muncul karena bunyi yang
keluar dari mesin tik tersebut. Penulis tidak harus membuat tata letak dan
sebagainya karena yang lebih penting adalah ide-idenya bisa diterima oleh
penerbit.
5. Bekerja dengan waktu yang terbatas
Seorang penulis bisa bekerja semau dia, cepat atau lambat tergantung
komitmen pribadinya. Penulis yang berhasil dan produktif biasanya terpacu
dengan waktu, mereka mempunyai target untuk menyelesaikan bagian demi bagian,
sampai pada keseluruhan bagian buku sehingga bisa mengatakan bukunya akan
selesai pada waktu tertentu. Bekerja dengan pihak terkait pasti diberi batas
waktu dan ini merupakan tantangan bagin penulis.
6. Disiplin
Seorang penulis perlu disiplin dalam berbagai hal, seperti: waktu, membaca,
janji kepada pihak tertentu, dan sebagainya. Waktu yang digunakan penulis
bervariasi, misalnya: saat subuh, pagi, siang, sore, atau malam hari sambil
mendengarkan musik, makan makanan kecil, merokok, dan lainnya sesuai dengan
kebiasaan masing-masing. Hal yang penting adalah penulis tetap disiplin dan
konsisten pada targetnya.
7. Bekerja mandiri
Penulis harus mandiri dalam melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
menulis. Penulis tidak perlu disuruh-suruh untuk, memulai, melanjutkan, dan
menyelesaikan tulisannya. Secar otomatis semua dilakukan secara mandiri,
meskipun penulis memerlukan banyak bantuan pihak lain supaya buku itu layak
dibaca dan ditulis. Inisiatif untuk mendapatkan referensi, menguji materi,
mengirim ke penerbit, menyikapi jawaban penerbit, dan menyelesaikan semua hal
yang berkaitan dengan penerbitan harus muncul dari dirinya sendiri dan
dilakukan sendiri.
8. Berkomunikasi
Komunikasi merupakan satu kebutuhan yang mutlak bagi penulis. Keterampilan
berkomunikasi bukan hanya pada cara penulis mengomunikasikan idenya kepada
pembaca. Sebelum buku itu terbit dan bisa dibaca oleh orang lain, penulis sudah
melakukan berbagai komunikasi dengan pihak terkait. Ketika mulai menuangkan
gagasan, penulis seharusnya membicarakan gagasannya dan meminta dukungan, baik
dalam bentuk pikiran, tenaga, maupun yang lainnya. Pada waktu mencari referensi
dan mengembangkan ide, penulis berkomunikasi dengan petugas perpustakaan, nara
sumber, baik secara langsung maupun melalui internet. Setelah draf selesai
dibuat, penulis perlu meminta justifikasi, usulan perbaikan, dan sebagainya
dari proofreader, peserta seminar dan sebagainya. Komunikasi terus
berlanjut ke berbagai pihak sampai buku itu terbit. Juga dengan masyarakat
pembaca karena ada kemungkinan mereka akan mengundang penulis untuk menyediakan
waktu presentasi dan bertanya jawab, dan sebagainya. Etika komunikasi perlu
dicermati agar semua yang terlibat merasakan komunikasi yang baik.
9. Negosiasi
Negosiasi merupakan teknik memenangkan harapan. Penyelesaian yang
menguntungkan kedua belah pihak bisa tercapai dengan negosiasi. Penulis
bagaikan seorang negosiator yang siap memenangkan kerja sama. Sebelum
penandatanganan kontrak penerbitan buku, baik penulis maupun penerbit sudah
melewati berbagai negosiasi perbaikan atau modifikasi sampul buku, judul,
daftar isi, naskah, sampai pada penulisan sinopsis buku pada sampul belakang,
royalti, jumlah buku terbit, dan lain sebagainya. Bila buku itu menggunakan
gambar sampul dari sebuah lembaga, industri atau foto, penulis harus
bernegosiasi dengan pihak penerbit pula. Sampai pada promosi dan penjualan
perlu juga bernegosiasi. Penulis perlu sering mengalah untuk menang dalam
negosiasi.
10. Tingkat kesabaran yang tinggi
Sepengetahuan penulis, hampir semua penulis mempunyai tingkat kesabaran
yang tinggi. Mereka tidak emosional. Kesabaran ini ditunjukkan dalam
menyelesaikan tulisan dengan berbagai kendala atau tantangan yang dihadapi,
baik internal maupun eksternal. Secara internal, misalnya, penulis kadang
mengalami kebuntuan, kehilangan ide, untuk menyelesaikan satu bab buku untuk
ditulisnya. Penulis harus bersabar hingga memperoleh ide dengan berbagai upaya
sampai bab itu bisa dilanjutkan kembali hingga bukunya selesai. Kesabaran juga
diperlukan dalam menerima saran kritik atau komentar yang membuat penulis down.
11. Pendengar yang baik
Banyak orang pandai berbicara, tetapi belum tentu mau mendengar
pembicaraan, kritik, gagasan, atau nasihat orang lain. Mendengarkan untuk
menyaring dan menelaah informasi serta menyikapinya bukanlah pekerjaan mudah.
Untuk bisa mendengarkan dengan baik, kita juga harus mempunyai tingkat
kesabaran tinggi. Kita sering memberi respon terlalu cepat tanpa mendengar
dengan baik sehingga timbul salah pengertian. Penulis perlu memasang telinga
lebar-lebar dan bersikap positif terhadap semua respon dan omongan pihak
manapun atas karya yang akan atau sudah diterbitkan. Sikap positif ini adalah
modal penting bagi penulis untuk menghasilkan karya tulis yang memuaskan
pembaca sehingga kualitasnya akan meningkat.
12. Pemasaran
Produk seorang penulis adalah karya tulis. Bagaimanapun baiknya produk
kita, tanpa adanya pemasaran, produk tersebut tidak akan banyak terjual.
Penulis perlu dilengkapi dengan keterampilan pemasaran agar bisa ikut aktif
dalam menjual produk itu.
13. Bekerja di Bawah Tekanan dan Waktu Terbatas
Penulis menulis pada saat orang lain tidak mengerjakan apa-apa. Artinya
beban kerja penulis sama dengan pekerja lain, tetapi penulis masih bisa
menyisihkan waktu untuk menulis. Bagaimanapun berat tugas utamanya, penulis
tetap akan menulis. Meskipun tidak dikejar-kejar oleh tenggat waktu oleh pihak
manapun juga, penulis mempunyai rencana dan pelaksanaan yang matang bagi
dirinya sendiri. Bila diberi tenggat waktu oleh pihak terkait, penulis biasanya
bisa menyelesaikan pekerjaanya sebelum tenggat itu terlalui karena penulis
sudah terbiasa mengatasi hal itu.
14. Mandiri
Penulis mempunyai keterampilan untuk bekerja sendiri. Program kerja,
jadwal, dan tujuanya dibuat sendiri tanpa menunggu perintah orang lain.
Kemandirian ini berlangsung dari awal mengumpulkan ide, menulis,
menerbitkan, memasarkan, cetak ulang dan selanjutnya. Jadi, jika anda
ingin jadi penulis, jangan menunggu sampai Anda diminta menulis.
15. Membuat Keputusan
Seorang penulis harus bisa membuat keputusan. Keputusan bukan hanya karena harus
berhubungan dengan pihak tertentu dalam menerbitkan dan memasarkan gagasan,
tetapi juga dalam menulis. Penulis harus membuat keputusan topik atau judul
buku yang ditulisnya, memutuskan pokok-pokok bahasan apa saja yang relevan
dengan judul buku, menentukan kutipan yang akan diambil dan sebagainya. Tanpa
keputusan, penulis tidak bisa memulai menulis. Sebaliknya jika terlalu banyak
ide, penulis juga bisa bingung.
16. Menguasai Materi
Dengan menulis. Penulis tertantang untuk mendapatkan informasi selengkap mungkin tentang bidang yang ditulis. Materi dengan
sendirinya akan dikuasai sebelum buku itu terbit, setelah melalui proses
menulis. Menulis juga berarti belajar dengan proses belajar penulis sangat
efektif. Hal-hal yang dipelajari di rekam dan dituangkan dalam bentuk tulisan.
Apapun bidangnya, bial penulis berminat menulisnya akan dikuasai.
17. Mampu bekerja dalam Tim
Banyak penulis yang menulis buku bersama dengan penulis lain. Sesungguhnya,
untuk bisa terbit, penulis tidak bisa bekerja sendiri, meskipun menulis
sendiri. Banyak pihak yang terlibat dalam menerbitkan buku. Bekerja dalam tim
memerlukan aturan kebersamaan agar tujuan tercapai. Saling membantu,
membutuhkan, toleransi, dan menghargai dan menghormati merupakan merupakan
kunci keberhasilan sebuah tim.
Masih banyak keterampilan lain yang diperlukan penulis. Semakin berhasil
dan banyak keterampilan yang dikuasai penulis, semakin berkualitaslah penulis
tersebut. Keterampilan kita akan makin lengkap bila kita terus berupaya dengan
tekun.
BAB III
SIMPULAN
A.
Editing Karya Jurnalistik
Menyunting naskah (editing) adalah sebuah proses memperbaiki atau
menyempurnakan tulisan secara redaksional dan substansial. Editor penerbitan
memiliki peran diantaranya: pertama adalah sebagai petugas resmi penerbitan
yang melakukan review naskah yang ditawarkan penulis. Kedua, editor penerbitan
berperan sebagai penanggung jawab proyek penerbitan buku yang dieditnya.
Ketiga, editor penerbitan berperan melakukan penyuntingan dan koreksi
kebahasaan, menjaga konsistensi sistematika dan istilah, menjaga konsistensi
gaya penulisansesuai dengan jenis buku dan mengelola komunikasi antara penulis
dan penerbit.
Bagian-bagian dalam proses pengeditan meliputi:
1.
Editing Isi/ Materi/ Gagasan
2.
Editing Paragraf
3.
Editing Ragangan
4.
Editing Kebahasaan
B.
Publikasi Karya Jurnalistik
Publikasi berarti memberitahukan kepada umum, mengumumkan, segala usaha
yang berhubungan dengan kegiatan dalam bidang pengumuman. Publikasi dapat di lakukan
dengan mempergunakan berbagai media massa seperti website, pers, film, radio,
televisi, majalah, pamflet, buku, internet dan lain sebagainya.
C.
Media Online untuk Publikasi
Dengan menggunakan mesin pencari Internet siswa dapat melalukan riset online
lebih efisien. Dalam pers profesional, pemberitaan berbantuan komputer telah
memampukan berita untuk ditulis dengan lebih akurat dan menyeluruh. Publikasi
web bukan sekedar mengulangi apa-apa yang telah diterbitkan di media cetak,
tetapi juga harus berisi berita-berita terkini yang mungkin membutuhkan sumber
daya tambahan untuk mengelola situs ini. Publikasi di Internet, dalam
beberapa hal tidak berbeda dengan publikasi lewat media lain, seperti media
cetak.
D.
Berkarya Secara Profesional
Keterampilan untuk berkarya secara profesional meliputi: Bahasa, Riset,
Imajinasi yang kreatif, Menulis dan mendesain, Bekerja dengan waktu yang
terbatas, Disiplin, Bekerja mandiri, Berkomunikasi, Negosiasi, Tingkat
kesabaran yang tinggi, Pendengar yang baik, Pemasaran, Bekerja di Bawah Tekanan
dan Waktu Terbatas, Mandiri, Membuat Keputusan, Menguasai Materi, serta
Mampu bekerja dalam Tim.
SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat, uraian singkat mengenai pembahasan
Editing dan Publikasi dalam Karya Jurnalistik. Besar harapan kami makalah ini
dapat memberi manfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa makalah kami masih
banyak kekurangan. Untuk itu, kami senantiasa mengharapkan masukan dan kritik yang
membangun untuk kemajuan bersama.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, Mudrajad, Mahir
Menulis “Kiat Jitu Menulis Artikel, Opini, Kolom, dan Resensi Buku”,
Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2009.
Leo, Sutanto, Kiat Jitu Menulis Dan
Menerbitkan Buku, Jakarta: Erlangga, 2010
Rolnick, Tom E. i et.
al., Pengantar Dasar Jurnalisme, Jakarta: Kencana, 2008.
Romli, Asep Syamsul M.,
Jurnalistik Praktis Untuk Pemula, Bandung: PT Remaja Rodaksana, 2009.
Rosyadi, A. Rahamat, Menjadi
Penulis Profesional Itu Mudah, Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.
Stein M.L., Bagaimana
Menjadi Wartawan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993.
Sukino, Menulis itu
Mudah, Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang, 2010.
Komentar
Posting Komentar