Artikel


Saatnya Mahasiswa Bangun
Penulis: Noor Lutfiyah Afifah

Pada zaman yang serba modern nan canggih ini manusia dituntut untuk senantiasa bergerak cepat tanpa batasan ruang dan waktu. Seiring dengan pesatnya informasi dua arah maupun satu arah menuntut manusia untuk selalu eksis dalam informasi, sudah tidak ada cerita lagi manusia kurang update informasi. Hal ini berpengaruh juga terhadap dunia pendidikan khususnya mahasiswa.
Perubahan gaya hidup mahasiswa sekarang sangat kontras sekali, jika dibandingkan dengan kehidupan mahasiswa era 1980-an sampai dengan sekarang akan nampak banyak sekali perbedaanya. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak terhadap kehidupan mahasiswa.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mahasiswa mempunyai banyak keuntungan  yaitu dapat memperoleh materi pembelajaran lebih cepat dan lengkap tanpa harus berlama-lama diperpustakaan, mahasiswa diuntungkan dengan adanya google yang bisa mengakses informasi secara akurat dan tepat tanpa harus menunggu dari berita televisi, koran maupun lainya. Akan tetapi, disamping kelebihan itu ada kelemahanya terhadap mahasiswa yaitu kurangnya sosialisasi dan rasa peka terhadap masalah sosial yang ada di sekitar.
Marwah mahasiswa sebenarnya adalah seorang yang mempunyai jiwa muda, punya semangat berjuang yang tinggi dan mereka senantiasa menjadi agen perubahan lebih baik minimal untuk lingkungan sekitar. Mahasiswa sebagai akademisi diharapkan mampu untuk menyuarakan aspirasi masyarakat dan mampu untuk memberikan jalan keluar setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat, terlebih mereka mampu untuk membangun daerah tempat tinggal mereka sehingga masyarakat lebih sejahtera.
Sayangnya, sepertinya mahasiswa sekarang telah kehilangan arah dan tujuan  dalam proses memposisikan diri sebagai agen perubahan. Akhirnya, sebagian besar mahasiswa menjadi sekedar penyandang status akademik kosong. Cukup tinggal di ruang kuliah dan kosan, yang terpenting adalah IPK tinggi, lulus cepat, dan segera kerja. Tak terlihat lagi perjuangan mahasiswa sebagai penggagas perubahan. Hal ini yang akan membuat, tanpa bunuh diri sekalian pun, kelas mahasiswa sebagai agen perubahan perlahan mati. Memang tak semua, ini kecenderungan saja.
Mahasiswa saat ini harus mulai demitosisasi fungsi dan peranan dengan mengubah pola perjuangan, harus bersabar dan jangan gegabah. Mulailah dari hal kecil untuk menyakinkan bangsa ini bahwa mahasiswa adalah penerus bangsa yang seharusnya dipercaya. Sebagai contoh, mahasiswa harus memulai merubah tatanan masyarakat kita yang koruptif dengan memberikan contoh, mulai dari kelas. Kemudian, buatlah tulisan dan  lakukan aksi-aksi damai yang menginspirasi. Karena semua langkah bangsa ini ada di dalam pemikiran dan tindakan angkatan pemuda, terutama mahasiswa.
Fakultas Saintek UIN Walisongo Semarang, menjadi salah satu sorotan dari fakultas lain. Hal demikian karena Fakultas Saintek dipandang sebagai fakultas yang kebanyakan mahasiswanya mengutamakan akademik, sehingga mahasiswa Saintek di pandang kurang dalam hal bersosialisasi serta rasa peka terhadap lingkungan sekitar juga kurang. Akan tetapi pandangan-pandangan tersebut sebenarnya dapat di bentengi. Karena tidak semua mahasiswa saintek seperti bagaiamana pandangan mahasiswa fakultas lain.
Seperti kebanyakan mahasiswa pada umumnya, mahasiswa saintek pun tak kalah dengan fakultas-fakultas lain. Meskipun di anggap demikian, mahasiswa di fakultas saintek banyak yang bisa mengatur waktu untuk kepentingan akademik, organisasi, atau bahkan kegiatan pondok. Karena pastilah ketika berbicara mahasiswa tidak akan terlepas dengan kata organisasi. Entah itu organisasi yang ada di kampus atau di luar kampus. Karena dari wadah tersebut terlihatlah jati diri tiap-tiap mahasiswa yang akan terbentuk dengan beragam karakter, pemikiran, dsb.

Untuk menjawab tantangan bahwa mahasiswa merupakan agen perubahan, mahasiswa saintek  UIN Walisongo mampu akan hal itu. Karena bagi saya mahasiswa saintek itu luar biasa. Dibalik topeng kesibukannya sebagai mahasiswa akademik, mahasiswa saintek pun mampu dan pandai dalam me-menegemen waktunya. Dibalik notabenya sebagai mahasiswa yang bahkan tidurpun dengan kertas ini ternyata banyak hal yang tak dapat di duga dan di sangka. Karena banyak dari mahasiswa saintek yang menghafalkan Al-Qur’an atau bahkan sudah menghatamkanya, banyak mahasiswa yang mampu memimpin baik dalam organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus.                                        
Pendidikan karakter di Indonesia saat ini bisa dikatakan sudah sangat kurang, begitu banyak terjadi tindakan-tindakan yang jauh dari norma-norma agama yang paling utama. Maka  untuk membentengi hal tersebut mahasiswa harus menjadi garda terdepan, agen perubahan khususnya bagi mahasiswa saintek UIN Walisongo Semarang. Mahasiswa saintek penghafal Al-Qur’an syukur-syukur bisa menjadi inspirasi dan membawa perubahan bagi mahasiswa yang lainya. Juga dapat meminimalisir dampak-dampak negatif dari menipisnya pendidikan karakter yang ada di Indonesia.                 
Seperti halnya kegiatan yang di adakan oleh salah satu himpunan mahasiswa yang ada di fakultas Saintek yaitu jurusan pendidikan matematika dan matematika mengadakan kegiatan yang sangat luar biasa, yaitu kegiatan “Matematika Peduli” dalam kegiatan tersebut diantaranya yaitu belajar bersama dengan anak-anak yang kurang beruntung, juga berbagi banyak hal dengan anak-anak tersebut. Hal tersebut tidak dirasa, bahwa apa yang telah dilakukan oleh mahasiswa himpunan pendidikan matematika dan matematika membawa banyak manfaat tentunya, baik manfaat untuk dirinya sendiri maupun yang lainya.
Dari hal kecil yang bahkan tidak dirasa akan mebawa manfaat yang besar untuk sesama. Menjadi agen perubahan akan berjalan jika kita bisa mengajak diri kita sendiri untuk berubah, bertransformasi ke jalan yang lebih baik. Dan sudah terlihat di fakultas Saintek  bahwa mahasiswa Saintek mampu dan bisa seperti mahasiswa fakultas lainya. Banyak dari mahasiswa saintek yang mengikuti organisasi-organisasi yang ada di kampus. Hal tersebut merupakan langkah awal dari mahasiswa untuk tetap menjaga peranya sebagai agen perubahan.   
Dapat memimpin oganisasi intra kampus maupun ekstra kampus merupakan suatu kebanggan bagi mereka yang mendapatkan kesempatan tersebut. Untuk mengatasi banyak dampak negatif dari menipisnya pendidikan karakter yang ada di Indonesia. Misalnya saja dalam memimpin sebuah organisasi pemimpin mampu menerapkan sikap jujur, adil, dsb. Sikap tersebut merupakan langkah awal untuk membentengi anak bangsa agar tidak tergerus oleh pemerintah Indonesia yang saat ini banyak sekali yang korupsi. Karena pendidikan politik sebagai warisan leluhur sudah semestinya menjadi tugas mahasiswa. Karena yang namanya mahasiswa bagaimanapun juga akan kembali ke daerah masing-masing, maka besar harapan kepada mahasiswa agar mampu untuk menjadi pendidik politik di desa-desa, kampung-kampung, kota-kota, dan pusat-pusat peradaban korup yang lainya.   
Besar harapan bangsa ini kepada mahasiswa yang notabenya sebagai agen perubahan. Sudah saat nya mahasiswa pun harus sadar dan terbangun karena menjadi agen perubahan harapan semua orang bukanlah hal sepele. Keutuhan dan nasib bangsa Indonesia ada di tangan generasi muda, dan mahasiswa harus berperan aktif juga menjadi benteng terdepan akan hal tersebut. Mahasiswa dituntut untuk mampu bersaing diluar sana, agar ketika lulus tidak hanya duduk santai dengan gelar sarjananya. Karena pesatnya perkembangan zaman juga menjadi tugas yang sangat berat bagi semua kalangan. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan mampu untuk mendobrak dan mengatasi hal tersebut.
Di era industri saat ini sudah semakin pesat juga perkembanganya, bisa-bisa apa yang seharusnya bisa dikerjakan oleh manusia kian hari dikuasai oleh robot. Tugas utama lagi bagi mahasiswa adalah bagaimana dan apa yang seharusnya akan dilakukan untuk kedepanya agar tidak di perbudak oleh robot. Kekuatan bangsa ada pada mahasiswa, utamanya mahasiswa Saintek UIN Walisongo harus mampu dan bisa menjadi harapan bangsa dan menjadi mahasiwa emas untuk bangsa ini.
BIOGRAFI


Saya adalah seorang perempuan kelahiran kota ukir dan dilahirkan tepat pada tanggal 09 Maret 1998. Ayah dan ibu saya memberikan saya nama Noor Lutfiyah Afifah. Ayah saya bernama Anshori dan ibu saya bernama Fathonah. Di keluarga, saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak saya satu-satunya bernama Nur Baiti Fitriyani dan Adik saya bernama M.Nashron Luthfi Avif.
Saya menempuh pendidikan di kota Jepara dan Kudus sejak SD, SMP/Mts dan SMA/MA. SDN 3 Nalumsari Jepara adalah tempat dimana saya menyelesaikan pendidikan dasar. Pada saat kelas 3 dan 4 SD saya pindah sekolah di Blora ikut dengan nenek, karena terlalu betah saat liburan sekolah dirumah nenek hingga terbawa suasana. Kemudian saat kelas 5 kembali lagi ke sekolahan semula yaitu di SD N 3 Nalumsari Jepara.  Setelah lulus, saya melanjutkan ke jenjang Mts. di, MTs Alhidayah Kudus. Pada saat jenjang ini saya merasakan banyak hal, karena bertransformasi ke tempat lain tentunya dengan lingkungan dan orang-orang yang berbeda juga. Selepas MTs saya menempuh pendidikan di MA Alhidayah Kudus. Yang pada waktu itu menjadi pilihan terberat karena harus memilih dan menentukan akan sekolah dimana. Karena pada waktu itu mencoba mendaftar di sekolaha yang katanya favorit di Kudus alhamdulillah keterima semua, sehingga menjadikan diri galau untuk memilih. Yang pada akahirnya, bagi saya sekolah dimanapun itu sama, akan tetapi yang membedakan adalah, bagaimana cara kita agar bisa selalu mngamalkan ilmu yang kita dapat. Disamping itu juga saya ingin membuktikan bahwa tidak hanya sekolah favorit yang bisa dan mampu bersaing diluar sana, akan tetapi sekolah swasta pun mampu akan hal iu.  Pada saat menempuh sekolah menenah atas, tepatnya pada kelas XI, saya pernah menjadi delegasi salah satu Olimpiade matematika se-kabupaten Kudus. Selepas SMA/MA, saya melanjutkan kuliah di Universitas Islam Negri Walisongo Semarang jurusan pendidikan matematika. Bagi saya sekarang adalah layaknya tersesat di jalan yang baik menurut-Nya. Akan tetapi terasa berat ketika itu untuk menerima keputasan di terima disalah satu perguruan tinggi. Akhirnya saya tersadar bahwa pendidikan memang sangat penting dan mewujudkan cita-cita adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Revisi Makalah