Revisi Makalah


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Dasar-dasar Jurnalistik
Dosen Pengampu : Nanang Qosim, M.Pd



 Oleh :
Noor Lutfiyah Afifah                        (1608056081)
Anis Ma’rifatul Hasanah       (1608056101)
Atun Sri Muryati                   (1608056102)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SEMARANG
2019



BAB I
PENDAHULAN
A.    Latar Belakang
Penyuntingan memang sifat yang sangat alamiah dalam aktifitas menulis. Proses tersebut baru berakhir setelah bahasa, isi, dan alur cerita memuaskan anda. Penyuntingan terus berlangsung selama karya tulis itu masih mungkin disunting. Sesungguhnya seorang penyunting bertanggung jawab untuk melakkan penyuntingan setiap saat karena penulis juga merupakan seorang penyunting. Salah satu contoh tanggung jawab seorang penulis yang paling sederhana ada meminimalkan kesalahan ketik, karena kesalahan ketik dalam jumlah yang banyak seolah-olah menunjukkan kekurang seriusan sang penulis dalam pekerjaanya.
Untuk menghasilkan berita yang diinginkan oleh pembaca, editor harus mendiskusikan berita dengan penulisnya disetiap tahap proses penulisan. Agar kualitas tulisan dapat meningkat dan mudah dipahami oleh pembaca.
B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah pengertian editing dan publikasi jurnalistik?
2.      Bagaimanakah Tahapan editing  jurnalistik?
3.      Apasajakah konsep yang terdapat dalam editing  jurnalistik?
4.      Bagaimanakah publikasi karya jurnalistik?








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Editing dan Publikasi
Editing atau penyuntingan didalam persurat kabaran bertujuan membenahi suatu tulisan agar menjadi singkat, jelas, lugas dan menarik. (SK, 1996)
 Editing merupakan tahapan yang berkaitan dengan penulisan secara final. Bila tahap-tahap sebelumnya difokuskan kepada isi, editing lebih difokuskan pada masalah mekanik, seperti ejaan, penggalan kata, kata hubung, struktur kalimat, dan sebagainya. Maksud dilakukan editing ini  adalah agar tulisan itu memiliki tingkat keterbacaan yang baik. Pembaca akan lebih mudah memahami tulisan kita. Jarak antara pembaca dengan ide menjadi lebih dekat dan tulisan itu menjadi lebih komunikatif. (Sukino, 2010)
            Secara substansial, editor harus memperhatikan fakta aau data agar terjaga keakuratan dan kebenaranya. Editorpun harus memperhatikan apakah tulisan itu dapat mudah dimengerti pembaca atau malah membingungkan. Sistematika juga harus diperhatikan oleh seorang editor. (Asep) Tujuan proses pengeditan tipe ini adalah hanya untuk membuat tulisan mudah dimengerti, tetapi juga sistematika tulisan secara keseluruhan tetap terjaga.
            Publikasi berasal dari kata publish, publisis, atau publisistik yang berarti memeritahukan kepada umum, mengumumkan dan segala usaha yang berhubungan dengan kegiatan dalam bidangan pengumuman. Pengumuman tersebut dilakukan melalui alat-alat komunikasi masa yaitu alat-alat yang dapat menghubungkan atau mengadakan komunikasi dengan massa. Publikasi adalah bidang komunikasi berita atau ide dalam satu situasi dimana khalayak ramai akan menerima semua ide ini sebagaimana yang anda harapkan. (M.L Stein, 1993)
B.     Tahapan Editing
Terdapat tiga tahapan dalam melaukan Editing diantaranya:
1.      Tahapan Perencanaan
Tujuan pertanyaan dalam tahap perencanaan ini adalah membantu penulis menyusun pertanyaan atau fokus sebelum wawancara. Pertanyaan ini juga memaksa reporter untuk memikirkan latar belakang yang dibutuhkanya sebelum mengumpulkan informasi sebelum wawancara.ketika melakukan pembahasan di tahap perencanaan ini reporter harus menyusun garis besar informasi yang dibutuhkannya.
2.      Tahap Pengumpulan
Pertanyaan-pertanyan dalam tahap pengumpulan harus membantu                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  penulis untuk memilah-milah gambaran dan informasi yang dikumpulkan dari wawancara dan observasi. Editor juga bisa membantu penulis untuk melihat informasi yang dibutuhkan saat wawancara ulang atau observasi ulang. Selama tahap ini, editor naskah bisa membantu reporter mencari kutipan yang bagus atau menyusun teras berita.
3.    Tahap Penulisan
Pertanyaan dalam tahap penulisan dimaksudkan untuk membantu penulis memilah-milah informasi riset dan wawancara. Penulis harus menentukan kutipan mana yang akan dipakai, apakah dengan mengutip persis kata demi kata atau tidak. Pertanyaan ini akan membantu penulis untuk menentukan bagian mana  yang akan rumit sehingga perlu kehati-hatian  dalam menyusun kata-kata atau kalimat beritanya.
Dalam setiap tahap peran editor naskah adalah memberi bantuan kepada penulis dalam menyusun dan mengembangkan naskah berita. (Tom E. Rolnicki, 2008)
C.    Konsep Dasar Editing
Ilmu dan keterampilan editing berkembang semakin luas setela terjadinya perkembangan teknologi dibidag cetak dan tulis-menulis. Kini publikasi dapat terjadi dalam hitungan detik seperti halnya terlihat pada media daring (online) yang memperbarui berita hampir setiap menit.
Selain penulis yang handal, diperlukan juga editor yang handal untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan dalam pubikasi yang berpotensi menyesatkan pembaca. Namun, sayangnya ilmu editing dan ilmu penerbitan secara formal berkembang terbatas di Indonsia.
Ketiadaan lembaga pendidikan formal nasional dibidang editing naskah berimbas pada langkanya para editor yang mengenyam pendidikan formal. Pendidikan non formal yang tersedia juga sangat terbatas dalam bentuk kursus atau pelatihan singkat. Diantaranya yang diadakan di  Akademi Literasi Sastra Indonesia (Alinea) Ikapi serta Institut Penulis Indonesia.
Berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu beberapa konsep dasar editing agar dapat mengenali tugas-tgas editing  yang diperlukan:
1.      Tujuh Aspek Editing
Beberapa literatur tenang penerbitan dan diting di Indonesia tampaknya banyak mengutip tgas seseorang editor nas berdasarkan buku kara Datus C. Smith, Jr. Berjudul asli A Guide to Book Publishing. Buku ini diterjemahkan oleh Subekti Dhirdjosaputro dan diterbitkan dan edisi revisinya oleh Pusat Grafika Indonesia (Pusgrafin) pada tahun 1992-Pusgrafin kini telah berubah menjadi Politeknik Media Kreatif
Smith (1992: 76) menyebutkan dalam bab “ Penyuntingan Naskah” bahwa terdapat tujuh krlompok tugas editor nas, yaitu dapat dibaca (legibility), ketetapan, tata bahasa, kejelasan gaya bahasa, ketelitian fakta, legalitas dan kesopanan, serta rincian roduksi.
Mengikuti paparan Smith, berikut ini dijelaskan tujuh aspek yang harus di edit dari sebuah naskah olh editor nas. (Trim, 2017)
a.       Kejelasan dan Keterbacaan
Kejelahan (legability) dan keterbacaan (readability) sangat terkait dengan proses pengatakan halan isi (layout) dan desain kover.
Jelah bukanlah kata yang sala tulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata jelah  memiliki makna sama dengan terang dan jernih. Faktor kejelahan ini dapat dilihat dari jarak antar huruf, spasi antar kata, panjang baris susunan huruf, dan jenis huruf/fonta yang dipilih.
Selain kejelahan, keterbacaan juga perlu diperhatikan. Keterbacaan menyangkut desain total sebuah publikasi dari ukuran, penggunaan warna, batas margin, hingga susunan huruf yang membuat pembaca nyaman dan mudah dalam membaca.
b.      Konsistensi
Smith (1992: 77) sangat menekankan editor nas menjaga konsistensi dalam menggunakan kata/istilah dan tanda baca. Meskipun sebuah kata memiliki beberapa sinonim, tidaklah lantas kata-kata tersebut dapat digunakan secara bergantian sebagai sebuah variasi. Editor nas harus memperhatikan aspek ketaatasasan/konsistensi, terutama pada penulis/pengarang yang kerap menghambur-hamburkan kata atau menggunakan kata bersinonim yang sebenarnya berbeda rasa.
c.       Kebahasaan
Kebahasaan meupakan tugas yang paling dipahami sebagai tugas utama para editor nas yaitu menerapkan kaidah bahasa Indonesia ang baik dan benar didalam publikasi. Patokan bahsa yang dapatdijadikan sandaran para editor nas adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Tata Bahasa Bak Bahasa Indonesia.
d.      Kejelasan Gaya Bahasa (Ketedasan)
Kejelasan gaya bahsa merupakan hal paling sulit untuk dikenalai, termasuk di edit. Kejelasan gaya bahsa terkait dengan penyajian naskah yang ditampilkan penulis/pengarang. Para editor nas harus memahami maksud penulis/pngarang secara jelas dan nyata.
e.       Ketelitian dan Fakta
Tambahan tugas nas editor adalah menyelisik bagian naskah yang berupa data dan fakta. Data dapat terkait angka, rumus ataupun sebuah statistika. Fakta dapat terkait peristtiwa, tanggal, nama orang, nama tempat, judul buku, judul lagu, dll. Semua data dan fakta harus benar karena akan disajikan kepada pembaca.
Jadi, jika menemuan sesuatu yang janggal, editor nas harus mengonfirmasikannya kepada penulis/pengarang. Apabila kesalahan data dan fakta langsung terdeteksi, editor nas dapat langsung mengubah sesuai dengan yang sebenarnya.
f.       Kelegalan dan Kesopanan
Kasus plagiat adalah kasus terkait pelanggaran legalitas. Adapun penyebaran berita bohong (hoax), pornografi, fitnah, pencemaran nama baik, konten tidak senonoh, dan penghinaan SARA adalah kasus terkait kesopanan. Demi keamanan penerbit, termasuk penulis, editor nas wajib mengonfirmasi hal-hal yang berpotensi sebagai tindakan plagiat dan konten-konten yang berpotensi meresahkan masyarkat pembaca kepada penerbit.
g.    Ketepatan Rincian Produksi
Meskipun editor nas tidak terlibat langsung dalam proses produksi (pencetakan), ia tetap memiliki peran penting dalam penyiapan produksi,terutama dalam tahap pracetak. Editor nas menjadi penjamin bahwa naskah yang hendak diproses sudah lengkap, termasuk seluruh elemen antonimnya.
2.      Kode Etik Editor
Prinsip kerja secara filosofis dalam dunia editor nas adalah 3M, yaitu menerima, memperbbaiki, dan memberi. Dalam hal ini editor nas harus menempatkan penulis  sebagai mittranya yang harus dibantu agar naskah dari penulis layak untuk dipublikasikan.
Seperti halnya profesi lain, edior nas pun dalam kerjanya “dipagari” oleh kode etik editor nas. Meskipun tidak ada dokumen resmi penetapan kode etik tersebut, para editor nas dapat mengacu pada kesepakatan kerja (kontrak), terutama antara penulis dan penerbit dalam beberapa hal berikut.
a.         Editor nas harus menghormati ciptaan dan pencipta karya tulis yang sedang dieditnya sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014.
b.        Editor nas tidak boleh mengambil keuntungan dari karya cipta yang sedang dieditnya dengan menciptakan karya sejenis (penjiplakan ide dan materi).
c.         Editor nas harus merahasiakan isi naskah yang sedang dieditnya dari kepentingan yang tidak ada hubunganya dengan poses pengolahan naskah.
d.        Editor nas tidak diperkenankan menghilangkan atau merusakkan bagian- naskah sehingga merugikan penulis.
e.         Editor nas tidak diperkenankan mengubah isi naskah tanpa pemberitahuan atapun adanya kesepakatan yang tertuang dalam perjanjian penerbitan apalagi pengubahan yang berpotensi mangaburkan maksud penulis pengarang.
f.         Editor nas tidak boleh memulakan kesalahan justru dari teks yang suddah benar sehingga berakibat fatal.
g.        Editor nas tidak boleh memperlambat pengeditan melewati tenggat (deadline) yang sudah ditetapkan secara sengaja atau tanpa alasan yang dapat diterima.
3.      Editing Mekanis (Mechanical  Editing)
Editing mekanis (mechanical editing) adalah tugas inti dari seorang editor . Editing mekanis dianggap sebagai keterampilan dasar bagi seorang editor  yang sehari-hari berkutat dengan naskah.
Tujuan dari pekerjaan editing mekanis adalah memastikan naskah sesuai dengan gaya editorial yang ditetapkan atau sering disebut gaya selingkung (house style). Gaya editorial meliputi :
a.       Ejaan
b.      Pemenggalan kata
c.       Kapitalisasi
d.      Tanda baca
e.       Perlakuan terhadap angka dan jumlah
f.       Perlakuan terhadap kutipan
g.      Penggunaan singkatan dan akronim
h.      Penggunaan jenis huruf tebal dan italik
i.        Perlakuan terhadap elemen khusus
j.        Format catatan kaki, catatan akhir, dan dokumentasi lain.
Terkait dengan editan mekanis, Einsohn (2000: 5) menyatakan hal berikut.
Dalam editing mekanis ini utamnaya yang diperlukan adalah ketajaman mata, pemahaman yang utuh terhadap  konvensi (naskah) secara luas, dan keputusan yang baik. Kesalahan yang umumnya sering dilakukan editor nas pemula adalah menulis ulang bagian naskah (baik atau buruknya sangat bergantung pada keterampilan menulis sang eitor nas) dan malah mengabaikan detai kecil, seperti kapitalisasi, tanda baca, dan pemenggalan kata.
Berdasarkan pendapat Einsohn, apa yang dilakukan editor nas pemula itu adalah sebuah kekeliruan. Bagaimanapun seorang editor nas harus bertanggung jawab pada semua inkositensi mekanis di dalam naskah.
Editing mekanis lazimnya dilakukan pada naskah mentah (manuskrip/typescript) dengan membubuhkan tanda-tanda ediing nas. Kini editing mekanis juga dapat dilakukan langsung pada fail komputer (softcopy), baik pada format Word, PDF, ataupun langsung pada format In-Design. Editing mekanis dengan komputer lazim disebut on-screen editing.
4.      Tingkatan Editing
Einsohn (2000: 13) mengungkapkan bahwa ketika waktu dan biaya selalu menjadi isu, banyak perusahaan penerbitan menerapkan tiga tingkatan editing, yaitu editing ringan, editing sedang, editing berat demi memberi kode kepada editor nas tentang fokus dan prioritas yang harus mereka kerjakan. Karena itu, kemudian dikenal tingkatan dalam editing nas.
Menurut Einsohn (2000: 13) terdapat beberapa hal yang menjadi dasar penetapan tingkatan editing  yang dilakukan oleh penerbit, yaitu:
a.       Kualitas tulisan
b.      Pembaca sasaran
c.       Jadwal dan biaya untuk editing serta publikasi
d.      Reputasi penulis, sikapnya terhadap editing, dan jadwal kerja
e.       Jumlah tiras cetak, dan
f.       Kepentingan penerbitan bagi penerbit.
5.    Waktu Editing
Apakah waktu editing pada sebuah naskah dapat diestimasi? Sebagai pekerjaan yang juga berbasis kecepatan, semestinya pekerjaan editing juga dapat diestimasi sesuai dengan konsisi naskah. Tabel 1.5 memuat kecepatan editing pada naskah tercetak (hardcopy) yang merupakan hasil riset Einsohn (2000: 22).
Tabel 1.5  Kecepatan Editing untuk Tiga Jenis Editing
Kecepatan Editing Naskah Tercetak (Halaman per jam)
Tingkatan editing nas
Teks Standar
Teks Sulit
Editing Ringan
6-9
4-6
Editing Sedang
4-7
2-4
Editing Sulit
2-3
1-2

D.    Publikasi Karya Jurnalistik
Publikasi dapat di lakukan dengan mempergunakan berbagai media massa seperti website, pers, film, radio, televisi, majalah, pamflet, buku dan lain sebagainya. Internet merupakan media promosi pemasaran yang cukup efektif, dengan memiliki website anda dapat mempublikaskan produk atau layanan anda tanpa batas tempat dan waktu.
Walaupun demikian, tidak berarti dengan kepemilikan website promosi  lalu media cetak dihentikan,  karena tentu tidak semua masyarakat memiliki akses internet. Dan juga website yang telah dimiliki perusahaan harus dipromosikan agar diketahui masyarakat atau pasar yang dituju.
BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
1.      Pengertian Editing dan Publikasi
Editing atau penyuntingan didalam persurat kabaran bertujuan membenahi suatu tulisan agar menjadi singkat, jelas, lugas dan menarik. (SK, 1996)
Publikasi berasal dari kata publish, publisis, atau publisistik yang berarti memeritahukan kepada umum, mengumumkan dan segala usaha yang berhubungan dengan kegiatan dalam bidangan pengumuman.
2.      Tahapan Editing
Terdapat tiga tahapan dalam melaukan Editing diantaranya:
·         Tahapan Perencanaan
·         Tahap Pengumpulan
·         Tahap Penulisan
3.      Tujuh aspek Editing
·         Kejelasan dan Keterbacaan
·         Konsisten
·         Kebahasaan
·         Kejelasan Gaya Bahasa
·         Ketelitian dan Fakta
·         Kelegalan dan Kesopanan
·         Ketepatan Rincian Produksi

B.     Saran

Demikianlah makalah ini kami buat, uraian singkat mengenai pembahasan Editing dan Publikasi dalam Karya Jurnalistik. Besar harapan kami makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekurangan. Untuk itu, kami senantiasa mengharapkan masukan dan kritik yang membangun untuk kemajuan bersama.

DAFTAR PUSTAKA


Asep, M. S. (t.thn.). Jurnalistik Praktis untuk Pemula. Bandung: PT Remaja Rodaksana.
SK, P. (1996). Teknik Jurnalistik. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Sukino. (2010). Menulis itu Mudah. Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang.
Tom E. Rolnicki, C. D. (2008). Pengantar Dasar Jurnalisme (Scholastic Journalism)). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trim, B. (2017). 200+ Solusi Editing NASKAH DAN PENERBITAN. Jakarta: PT Bumi Aksara.

















BIOGRAFI
Noor Lutfiyah Afifah
Saya adalah seorang perempuan kelahiran kota Jepara dan dilahirkan tepat pada tanggal 09 Maret 1998. Ayah dan ibu saya memberikan saya nama Noor Lutfiyah Afifah. Ayah saya bernama Anshori dan ibu saya bernama Fathonah. Di keluarga, saya adalah anak kedua dari 3 bersaudara. Kakak saya satu-satunya bernama Nur Baiti Fitriyani dan Adik saya bernama M.Nashron Luthfi Avif.
Saya menempuh pendidikan di kota Jepara dan Kudus sejak SD, SMP/Mts dan SMA/MA. SDN 3 Nalumsari adalah tempat dimana saya menyelesaikan pendidikan dasar. Setelah lulus, saya melanjutkan ke jenjang Mts. di, MTs Alhidayah Kudus. Selepas MTs saya menempuh pendidikan di MA Alhidayah Kudus. Selepas SMA/MA, saya melanjutkan kuliah di Universitas Islam Negri Walisongo Semarang jurusan pendidikan matematika.
Bagi saya pendidikan memang sangat penting dan mewujudkan cita-cita adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan.

Anis Ma’rifatul Hasanah
Saya adalah seorang perempuan kelahiran Kota Kendal, Kec.Kangkung dan lebih tepatnya di Desa Truko dan dilahirkna tepat pada tanggal 14 Oktober 1998. Ayah dan ibu saya memberikan saya nama Anis Ma’rifatul Hasanah yang biasa di panggil dengan sebutan Anis. Ayah saya bernama Abdul Ghofir dan ibu saya bernama Siti Sa’danah. Saya merupakan anak ke tiga dari 4 bersaudara , kakak pertama saya laki-laki yang diberi  nama Muhammad Agus Salim, kakak kedua saya perempuan yang diberi nama Siti Fatimatuzzahra dan adik saya satu-satunya bernama Muhammad Naufal Iwanuddin.
Saya s menempuh pendidikan di Kota Kendal dari mulai jenjang SD/MI, MTS/SMP dan SMA/MA. MI NU 13 Gebanganom Wtn adalah tempat dimana saya menyelesaikan pendidikan dasar. Setelah lulus, saya melanjutkan ke Pondok pesantren yaitu PP Syafi’iyah Salafiyah Gebanganom wtn, disertai dengan melanjutkan jenjang MTS dan SMA, lebih tepatnya di MTS NU 20 Kangkung dan SMA Ma’arif NU 04 Kangkung. Selepas SMA saya melanjutkan di PPTQ Alhikmah disertai dengan kuliah di Universitas Islam Negri Walisongo Semarang, saya mengambil jurusan matematika yang merupakan salah satu jurusan di Fakultas Sains dan Teknologi.
Bagi saya pendidikan agama dan pendidikan umum itu harus berjalan dengan seimbang karena keduanya memang sebuah kewajiban yang harus dicapai.

Atun Sri Muryati
Atun Sri Muryati atau biasa dipanggil Atun oleh orang-orang disekitarnya. Ia lahir di kota Pati pada tanggal 8 Agustus 1998 dari pasangan Lasman dan Sumarni. Atun memiliki seorang adik perempuan bernama Maryam yang baru berusia 4 tahun.
Atun pertama kali masuk sekolah di tahun 2004-2010 di SD Negeri wateshaji. Kemudian melanjutkan ke MTs Matholi’ul Huda Pucakwangi dari tahun 2010-2013. Sejak berada di Madrasah Tsanawi ia belajar untuk hidup mandiri, ia memuuskan untuk hidup di pondok pesantren Bahjatur roghibin yang letaknya tepat di sebelah timur MTs Matholi’ul Huda. Setelah itu, ia melanjukan sekolah ke MA Negeri Blora. Di MA Negeri Blora, ia aktif di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan Pramuka. Bahkan ia pun sempat menjabat sebagai sekretaris umum OSIS di sekolahya.
Atun melanjutkan studinya di Universitas Islam Negeri Semarang di fakultas Sains dan Teknologi mengambil program studi Pendidikan Matematika. Tak hanya selesai di tingkat sekolah menengah ia bergelut di dalam organisasi. Di universitas ia juga ikut andil di organisasi kampus, baik organisasi intra kampus maupun organisasi ekstra kampus. Ia sempat menjabat sebagai wakil ketua UKM Genesa FST, dan kini ia masih menjabat sebagai Ketua Sema FST.






Komentar

Postingan populer dari blog ini